SUMATERAEKSPRES.ID - Grup band papan atas era 1990-an, Michael Learn To Rock atau yang dikenal sebagai MLTR, telah meninggalkan jejak abadi dalam dunia musik.
Lagu-lagu melankolis mereka masih menghiasi playlist penggemar hingga saat ini, mengundang kenangan manis dan memikat.
Untuk para pencinta MLTR, mengingat kembali momen-momen bersama band legendaris ini merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri.
Sumateraekspres.id, melalui penelusuran dari berbagai sumber, mengajak Anda untuk menjelajahi perjalanan unik MLTR.
BACA JUGA:Wow, Mantan Pemain Timnas Belanda Jadi Bandar Narkoba
BACA JUGA:Pengadilan Tinggi Agama Tolak Banding Virgoun, Inara Berhak Dapat Royalti Lagu
Grup musik pop rock/soft rock asal Denmark ini lahir pada 21 Maret 1988, lebih dari tiga dekade yang lalu.
Didirikan oleh Jascha Richter, seorang penyanyi dan pemain keyboard yang berbakat, bersama dengan Kare Wanscher, Mikkel Lenzt, dan Soren Madsen. Bersatu, mereka menciptakan harmoni yang menggema hingga ke pelosok Eropa dan Asia.
Mengawali karier sebagai band lokal, MLTR meraih popularitas yang pesat. Tahun 1991, album perdana mereka yang berjudul "Michael Learns To Rock" mengguncang industri musik dengan sentuhan yang begitu khas.
Meskipun tidak mencapai kesuksesan di Amerika, album ini mencuri hati pendengar di Denmark dan sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia.
BACA JUGA:Sedang Berada di Bandar Lampung? Ini 6 Oleh-oleh Khas Lampung Terpopuler yang Wajib Dibawa Pulang
Puncak kejayaan mereka terus berlanjut dengan merilis album-album sukses seperti "Colours" (1993) dan "Played On Pepper" (1995), yang masing-masing terjual lebih dari satu juta kopi.
Keberhasilan mereka semakin terukir dalam sejarah ketika album "The Greatest Hits: Paint My Love" (1996) meraih penjualan tiga juta kopi, terutama di Asia.
Namun, seperti kisah yang penuh warna, perjalanan MLTR tidak selalu mulus. Pada tahun 2000, Soren Madsen memutuskan untuk meninggalkan band ini demi mengejar karier solo.