PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Pada situasi tertentu, misalnya saat sedang berpetualang di alam bebas, gigitan ular merupakan salah satu bahaya yang perlu diwaspadai. Pasalnya, gigitan ular (terutama ular berbisa) dapat menjadi situasi gawat darurat yang dapat mengancam nyawa seseorang.
Itulah sebabnya, penting untuk mengetahui bagaimana pertolongan pertama pada gigitan ular. Mengenal Luka Gigitan Ular Gigitan ular adalah suatu kondisi yang membahayakan. Menurut WHO, diperkirakan 4,5–5,4 juta orang dari seluruh dunia digigit ular setiap tahunnya, yang mana 1,8–2,7 juta di antaranya merupakan envenoming snakebite atau gigitan ular berbisa yang menimbulkan gejala klinis. Bahkan, WHO juga mencatat bahwa ada lebih dari 100.000 kematian di seluruh dunia setiap tahunnya yang disebabkan oleh komplikasi akibat gigitan ular. Sementara itu, Kemenkes menyebutkan bahwa terdapat sekitar 135.000 kasus gigitan ular setiap tahunnya sepanjang 10 tahun terakhir dengan angka kematian sebesar 10% di Indonesia. Angka tersebut diperoleh dari survei yang dilakukan oleh Indonesia Toxicology Society. BACA JUGA:Tips Atasi Kondisi Darurat Menghadapi Ancaman Gigitan Anjing dengan Tenang dan Tidak Panik Pada dasarnya, bisa atau racun merupakan upaya ular menyerang musuh atau mangsa. Itulah sebabnya, ular memiliki naluri untuk menggigit ketika merasa terancam, terlebih jika ada pergerakan manusia secara tiba-tiba di alam liar. Saat sedang menggigit, ular dapat menyuntikkan racunnya ke dalam tubuh manusia menggunakan gigi berlekuk atau berongga khusus yang disebut dengan taring. Taring tersebut terhubung dengan kelenjar racun di setiap sisi rahang atas ular. Gejala Akibat Gigitan Ular Gejala akibat digigit ular bisa berbeda-beda, tergantung dari jenis bisa yang dihasilkan ular. Gejala yang ditimbulkan bisa berupa gejala lokal maupun sistemik. Tingkat keparahannya pun bervariasi, tergantung pada lokasi gigitan dan jumlah bisa ular yang masuk. Berikut adalah uraian lengkap tentang gejala gigitan ular. Beberapa gejala atau efek lokal adalah sebagai berikut : Memar, bengkak, melepuh, dan nekrosis yang semuanya terjadi di tempat gigitan. Sindrom kompartemen akut pada anggota tubuh yang terdampak setelah gigitan, seperti nyeri hebat, sensasi abnormal, terasa dingin, tidak berdenyut, dan tidak bergerak. Efek racun ophthalmia akibat masuknya tetesan atau semprotan racun ke dalam mata, seperti kemerahan, nyeri hebat, gangguan otot kelopak mata, erosi kornea, dan peradangan yang disertai gangguan otot mata. BACA JUGA:Gatal, Bengkak, atau Pusing? Inilah Bahaya Gigitan Kutu Kucing yang Harus Diwaspadai! Beberapa gejala atau efek sistemik adalah sebagai berikut : Racun yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan kegagalan pembekuan darah, kelainan trombosit (keping darah), dan kerusakan dinding pembuluh darah yang bisa memicu terjadinya perdarahan parah (salah satunya perdarahan otak). Syok yang terjadi akibat perdarahan disertai gangguan otot jantung, perdarahan otak, penyempitan pembuluh darah, infeksi, dan anafilaksis (reaksi daya tahan tubuh). Kelumpuhan akibat racun yang menyerang bagian saraf dan serat otot. Kerusakan otot yang ditandai dengan nyeri otot, terutama di bagian leher, badan, dan anggota gerak tubuh. Biasanya juga disertai perubahan warna urine menjadi lebih gelap. Cedera ginjal akut yang dapat disebabkan oleh gangguan tekanan darah rendah, sumbatan akibat trombus atau bekuan darah di pembuluh-pembuluh darah kecil di ginjal, serta kerusakan karena adanya gangguan imun atau efek langsung dari racun. Diagnosis Gigitan Ular Dalam proses penegakan diagnosis, dokter akan terlebih dahulu melakukan wawancara medis (anamnesis) untuk mengetahui tentang jenis ular, lokasi gigitan, waktu saat pasien digigit, serta keluhan atau gejala yang dialami pasien. Kemudian, dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik pada lokasi gigitan. Dokter biasanya menemukan edema atau pembengkakan, nyeri tekan pada perabaan, perdarahan di dalam kulit, serta gejala awal nekrosis, seperti perubahan warna, bau busuk, dan lepuhan. Pemeriksaan fisik ini juga meliputi pemeriksaan tanda vital, perdarahan, serta fungsi neurologis. BACA JUGA:Nyaris Tewas, Kadus Sadarkarya Selamatkan Diri dari Gigitan Buaya, Begini Kondisinya Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang terhadap pasien untuk mengonfirmasi tingkat keparahan kondisi pasien setelah terkena gigitan ular. Adapun beberapa pemeriksaan tersebut, meliputi hitung darah tepi, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal, pemeriksaan fungsi pembekuan darah, 20-minute whole blood clotting test (20WBCT). Pengobatan Gigitan Ular Pertolongan pertama pada gigitan ular berbisa adalah menenangkan pasien dan memintanya untuk mengurangi pergerakan tubuh. Pasalnya, gerakan tubuh yang berlebihan dapat menyebabkan penyebaran racun dalam tubuh menjadi lebih cepat. Dalam langkah pertolongan pertama, sebaiknya hindari melakukan tindakan insisi (menyayat bagian luka untuk mengeluarkan bisa), mengisap luka gigitan, memanaskan, serta memasang tourniquets. Selain itu, pasien maupun orang terdekatnya sebisa mungkin mengenali jenis ular yang menggigit. Setelah mendapat pertolongan pertama, seseorang yang digigit ular perlu mendapatkan perawatan medis, setidaknya 24 jam setelah terkena gigitan. Di rumah sakit, dokter akan melakukan pemeriksaan ABCDE, yaitu airway (jalan napas), breathing (pernapasan), circulation (sirkulasi yang baik), disability (disabilitas), dan exposure (riwayat paparan). Kemudian, perawatan dilanjutkan dengan pemantauan tanda dan gejala penyebaran bisa, serta lokasi gigitan. Dokter juga dapat memberikan obat antitetanus, antibiotik, dan analgesik. Dokter biasanya juga memberikan antivenom, yang mana di Indonesia hanya terdapat tiga jenis antivenom, yaitu serum antibisa ular (SABU) polivalen atau trivalen. Ketiga jenis serum antibisa ular tersebut hanya efektif terhadap racun ular kobra (Naja sputatrix), ular belang (Bungarus fasciatus), dan ular tanah (Agkistrodon rhodostoma). Sementara itu, apabila luka gigitan mengalami infeksi atau peradangan, biasanya diperlukan tindakan pembedahan. Cara Mencegah Gigitan Ular Agar tidak digigit ular, usahakan menghindari kontak dengan ular. Hal ini bisa dilakukan dengan menghindari daerah yang berpotensi menjadi tempat persembunyian ular, seperti daerah endemis, daerah dengan rumput yang tinggi, atau hutan lebat. Penggunaan alas kaki yang tepat juga diperlukan untuk mencegah gigitan ular. (*)
Kategori :