“Posisi ini sengaja diambil agar pasangan nomor urut 03 Ganjar-Mahfud bisa leluasa bergerak memperluas ceruk pemilih karena brand representasi Jokowi sudah terlanjur dikavling oleh Prabowo-Gibran, sedangkan brand oposisi atau antitesanya pemerintahan sudah diklaim oleh Anies-Muhaimin,” paparnya.
BACA JUGA:Prabowo-Gibran Makin Tak Terbendung, Bahlil: Sekali Putaran Tinggal Tunggu Waktu!
BACA JUGA:Qodari Ungkap Sosok Ini di PDIP: Tanpa Jasa Beliau, Megawati Hanya jadi Ibu Rumah Tangga
Dikatakan AB Solissa, mundurnya Mahfud ini hanya kepentingan pragmatis mengejar angka elektoral, bukan terkait etika agar menghindari conflict of interest, sebab momentumnya sangat terlambat, dan itu diperkirakan tidak akan berpengaruh besar.
“Saya melihat pengunduran diri Mahfud di saat yang tidak tepat. Atas dasar alasan apapun, keputusan Mahfud untuk mundur akan dilihat sebagai kepentingan pragmatis jelang pencoblosan, bukan atas sebuah prinsip yang fundamental,” jelasnya.
“Bahkan, pengunduran diri bisa jadi bumerang buat paslon nomor urut 3 karena Mahfud dianggap tidak bertanggungjawab atas amanah yang diberikan. Mestinya kalau mau mundur dari kabinet momentumnya itu saat KPU RI menetapkan secara resmi pasangan calon presiden dan wakil presiden yang berlaga di Pilpres 2024 pada 13 November 2023,” imbuhnya.
Dengan begitu, mundurnya Mahfud tidak bisa dibenarkan secara etika karena momentumnya tidak tepat.
BACA JUGA:Geser Ganjar-Mahfud, Prabowo-Gibran Menang Telak di Jateng, Ini Faktor Penentunya!
BACA JUGA:Arus Bawah Indonesia Bersatu Dukung Prabowo-Gibran, Targetkan Pilpres 2024 Sekali Putaran
Selain itu, AB Solissa memprediksi keluarnya Mahfud MD dari pemerintah tidak memberikan efek elektoral yang besar, justru malah sebaliknya akan memberikan dampak negatif karena berseberangan dengan pemerintah yang memiliki tingkat kepuasan yang tinggi.
“Kalau ditanya apakah punya efek elektoral? Menurut saya efeknya tidak besar, justru akan mendegradasi kekuatan elektoral paslon nomor urut 3,” pungkasnya.