SUMATERAEKSPRES.ID - Musik sudah ada sejak lama dan sudah menjadi bagian dari banyak orang sebagai hiburan saat bosan. Banyak sekali jenis musik, salah satunya yaitu musik rock. Musik rock merupakan salah satu jenis musik dengan aliran lagu yang keras. Tetapi banyak masyarakat yang menyukai musik rock ini dan mengikuti perkembangannya. Musik rock bisa dikatakan mempunyai perjalanan yang panjang, yaitu dari tahun 70-an hingga saat ini.
The Rollies-foto IG-
Musik rock mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1950-an saat demam Elvis Presley. Tetapi, masa kejayaan musik rock di Indonesia diawali oleh band The Rolles (1967) dengan mungusung genre musik jazz rock. Mereka membawakan musik dengan konsep yang berbeda sehingga mampu memainkan selera penikmat musik kala itu. Band ini juga mampu bertahan dan masih populer hingga tahun 1980-an.
BACA JUGA:Keren, Inovasi TikTok Kreasikan Lagu Tanpa Alat Musik atau Suara, Hanya dengan Perintah Teks!
Perkembangan musik rock di Indonesia semakin pesat saat hadir God Bless, Gang Pegangsaan, Giant Step dan Rawa Rontek yang bergerak cepat mengokohkan genre musik rock di Tanah Air. Seiring dengan perkembangan musik rock di Indonesia, muncullah sebuah istilah “underground” untuk mengelompokkan band-band dengan mengusung konsep musik keras, liar dan ekstrim.
Pada tahun 1980-an bisa dikatakan sebagai era emas musik rock di Indonesia karena di awal tahun 1988 menjadi sejarah pertama dimana musik rock ditampilkan langsung di depan publik.
BACA JUGA:Wow, Piala Grammy Rock Koleksi John Lennon Ditawar Rp7,5 Miliar
Sejarah Musik Rock di Indonesia
Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Guruh Gypsy (Jakarta), Panbers (Medan), The Peels, The PRO's (Jakarta) Giant Step, Shark Move Super Kid, The Gang Of Harry Roesli (Bandung), Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground sendiri sebenarnya sudah digunakan Majalah Aktuil (Bandung) sejak awal era 70- an. Istilah tersebut digunakan majalah musik dan gaya hidup pionir jurnalisme musik asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih `liar’ dan `ekstrem’ untuk ukuran jamannya. Sosok Denny Sabri, Remy Sylado sebagai juru kunci majalah music tersebut.
Grup band Slank muncul awal 1990-an dan masih eksis sampai sekarang dengan pergantian tiga personel baru.-foto : hai-
Walaupun pada kenyataannya, lagu-lagu yang dimainkan band-band tersebut di atas (kecuali Giant Step dan Shark Move) bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik repertoire band-band luar negeri macam Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones, Grand Funk Railroad, James Brown hingga ELP (Emerson, Lake and Palmer). Tradisi yang kontra produktif ini kemudian mencatat sejarah namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya Elpamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan), Rudal, Sahara (Bandung) hingga Roxx (Jakarta). Selain itu Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah album ketiga God Bless, “Semut Hitam” yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset di seluruh Indonesia.
BACA JUGA:Mau Tahu Siapa Gitaris yang Ngisi Lagu Nike Ardilla
Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band-band yang menjadi gods-nya antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura. Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene underground-nya pertama kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut.
Sucker Head-foto IG-
Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum populer) ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock atau metal.
Power Metal-foto IG-
Band-band yang sering “beraksi” di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica & Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of Resources (Exodus), Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (G’N’R), Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus hingga Alien Scream (Obituary). Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya banyak yang membelah diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah cikal bakal band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya membentuk grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat bersama Rudi Soedjarwo (sutradara film, Ada Apa Dengan Cinta?). Rotor sendiri dibentuk pada tahun 1992 setelah cabutnya gitaris Sucker Head, Irvan Sembiring yang merasa konsep musik Sucker Head saat itu masih kurang ekstrem baginya.