PENANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Dalam inisiatif yang menarik, Universitas Mercu Buana, bersama dengan 90 profesor dari berbagai disiplin ilmu, terlibat dalam kegiatan pengabdian masyarakat di Penang, Malaysia, dengan fokus pada 300 Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Konsul Jenderal Pulau Pinang, Wanton Saragih, menekankan peran penting universitas Indonesia dalam memberikan pendidikan dan pelatihan bagi TKI.
"UMB adalah universitas pertama yang datang ke Pinang untuk melakukan pelatihan dan kegiatan literasi," ungkap Saragih dalam konferensi pers.
Dia berharap universitas Indonesia lainnya akan mengikuti jejak Mercu Buana dalam memberikan kontribusi untuk kesejahteraan TKI di Malaysia.
BACA JUGA:5 Biasiswa Terbaik untuk Pelajar di Malaysia, Mari Daftar!
Menyampaikan pesan kepada para TKI, Saragih menyarankan agar mereka memastikan dokumen kerja mereka lengkap, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang aman dan terlindungi.
"Lengkapi dokumen kerja Anda agar Anda dapat bekerja dengan tenang dan terlindungi," desak Saragih.
Secara bersamaan, Prof. Dr. Andi Adriansyah, M.Eng, Rektor Universitas Mercu Buana, menjelaskan tujuan dari inisiatif pengabdian masyarakat ini, yaitu memanfaatkan teknologi terbaru untuk kepentingan TKI.
Termasuk teknologi yang membantu pekerjaan mereka, teknologi media, dan teknologi industri untuk memaksimalkan kinerja pekerjaan.
BACA JUGA:194 PMI Ilegal Kabur dari Malaysia, Ada dari Palembang
BACA JUGA:Waduh Tak ada yang Tersisa di Malaysia Open 2024
"Kami bertujuan untuk menggunakan teknologi secara manusiawi, sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan TKI di sini," kata Adriansyah, seorang ahli robotika.
Ia menekankan pentingnya penggunaan teknologi secara cerdas dengan emosi positif dalam membangun karier yang sukses.
Universitas Mercu Buana berkomitmen untuk membangun negeri melalui kegiatan Pengabdian Masyarakat bagi Tenaga Kerja Indonesia.
Saat ini dilaksanakan di Malaysia, dan agenda berikutnya kemungkinan akan mencakup Taiwan, Hong Kong, dan negara lain untuk mengoptimalkan kontribusi bagi pekerja Indonesia di luar negeri.
Rizki, dalam pernyataannya, menyebutkan, "Kegiatan pengabdian kami berfokus pada komunikasi kesehatan, literasi media, dan peningkatan kesejahteraan karyawan bagi pekerja Indonesia di Malaysia."
Dalam konteks yang berbeda, Rahmat (46), seorang TKI, menyampaikan kegembiraannya dan apresiasinya karena menjadi bagian dari inisiatif ini.
Setelah bekerja di sektor manufaktur Pinang selama 15 tahun, Rahmat menyoroti pentingnya perhatian profesor Jakarta terhadap pekerja di Pinang, yang sebagian besar bekerja di pabrik.