PRABUMULIH, SUMATERAEKSPRES.ID - Lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali menciptakan tekanan serius di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Prabumulih.
Dalam beberapa bulan terakhir, terjadi peningkatan signifikan pada jumlah pasien yang memerlukan perawatan intensif akibat penyakit mematikan tersebut.
Direktur Utama RSUD Prabumulih, drg Sri Widiastuti, mengungkapkan bahwa pada bulan Januari 2024, jumlah pasien DBD mencapai angka 84 penderita.
Angka ini melonjak dua kali lipat dibandingkan dengan bulan Desember 2023 yang hanya mencatat 26 pasien.
BACA JUGA:Kenali 3 Fase Penyebaran DBD pada Anak Serta Langkah Penanganannya
BACA JUGA:Sudah 31 Kasus DBD
Dalam keterangan kepada media, Kasubbag Hukormas, A Denni Kurniawan SKM MSi, menyampaikan fakta ini pada Selasa (30/1), di ruang kerjanya.
"Dari total 84 penderita DBD pada bulan Januari, sebanyak 65 di antaranya adalah anak-anak," ungkapnya.
Menariknya, peningkatan ini tidak hanya melibatkan warga kota Prabumulih, tetapi juga melibatkan warga dari daerah tetangga seperti Kabupaten Muara Enim dan sekitarnya.
Sulastri Skep Ners MSi, Kasi Keperawatan RSUD Kota Prabumulih, mengakui bahwa peningkatan jumlah pasien DBD juga berdampak pada ketersediaan tempat tidur di rumah sakit.
BACA JUGA:Waspada! Sudah 31 Kasus DBD di OKU Timur, Berikut 12 Cara Menberantas Sarang Nyamuk
BACA JUGA:Belum Sebulan, Ratusan Kasus DBD, Dinkes Mencatat, Influenza dan Diare Juga Meningkat
Fasilitas kamar inap terus menerus penuh, memaksa pihak rumah sakit untuk mengalihkan pasien ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau kamar inap lainnya.
"Bed anak-anak, yang sebanyak 27 bed di RSUD Prabumulih, sudah penuh sejak bulan September. Namun, tidak hanya kasus demam berdarah, melainkan juga kasus diare, saluran pernafasan, batuk, dan lainnya," jelas Sulastri.
Adapun, untuk pasien dewasa, terdapat 32 bed di ruangan penyakit dalam kelas 3, yang terdiri dari bed laki-laki dan perempuan, serta 18 bed di ruangan penyakit dalam kelas 1 dan 2.
"Pasien dewasa yang dirawat mayoritas mengidap hipertensi, diabetes, dehidrasi, tidak mau makan-minum, DBD, dan batuk," tambahnya.
Pihak rumah sakit mengambil langkah-langkah tertentu untuk mengatasi keterbatasan bed.
Pasien yang tidak dapat ditampung di kamar inap penuh, dialihkan ke ruangan lain seperti ruang bedah, yang kadang-kadang juga digunakan oleh pasien dari segala usia.
"Jika bed untuk pasien BPJS kelas III penuh, mereka akan dititipkan terlebih dahulu ke BPJS kelas II. Jika kelas II juga penuh, akan dititipkan ke kelas 1. Begitu pula dengan ruangan biasa, pasien akan dipindahkan jika bed kosong tersedia," terangnya.
Terkait dengan sistem waiting list untuk pasien rawat inap, Sulastri mengakui bahwa pihak rumah sakit menerapkan pendekatan ini.
Jika pasien datang sebelum magrib atau sesudah magrib, mereka akan dilayani terlebih dahulu di ruang IGD.
Barulah kemudian, setelah ada bed kosong dari pasien yang sudah pulang, pasien akan dipindahkan ke kamar rawat inap.
Dengan meningkatnya jumlah pasien DBD, RSUD Prabumulih berusaha seoptimal mungkin untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal, meski dihadapkan pada tantangan besar dalam penanganan kasus ini.
Pihak rumah sakit juga mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap pencegahan penyakit DBD melalui langkah-langkah kebersihan dan pengendalian populasi nyamuk Aedes aegypti.