SUMATERAEKSPRES.ID - Sejumlah generasi muda yang berasal dari komunitas di lahan basah Sungai Musi akan menggelar aksi sosial dan budaya untuk menyelamatkan lahan basah tersebut dari kerusakan. Aksi ini bertajuk "Kembalikan Lahan Basah Kami" dengan tema: Merayakan Hujan, Becek, dan Nyamuk.
Aksi ini dilatarbelakangi oleh kondisi lahan basah Sungai Musi yang mengalami degradasi akibat berbagai faktor, seperti pembalakan liar, perluasan perkebunan sawit, pembangunan infrastruktur, dan pencemaran limbah. Selain itu, perubahan iklim global juga berdampak pada lahan basah Sungai Musi, yang mengalami kekeringan dan kebakaran di musim kemarau, serta banjir di musim hujan.
Lahan basah Sungai Musi merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, maupun lingkungan. Lahan basah Sungai Musi memiliki luas sekitar tiga juta hektare, yang meliputi sungai, rawa gambut, rawa, dan mangrove¹. Lahan basah ini menjadi sumber pangan, sandang, obat-obatan, dan penghasilan bagi masyarakat, serta menjadi habitat bagi berbagai flora dan fauna yang khas dan langka.
Lahan basah Sungai Musi juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, karena menjadi bagian dari peradaban bahari di Nusantara. Sejak masa pra Sriwijaya, Sriwijaya, hingga Kesultanan Palembang, lahan basah Sungai Musi menjadi sarana transportasi dan perdagangan antar pulau dan antar negara. Berbagai pengetahuan tradisional juga lahir dari lahan basah Sungai Musi, seperti teknologi perkapalan, alat tangkap ikan, pengobatan tradisional, hingga kuliner.
BACA JUGA:Shio Naga Kayu: Arti, Karakteristik, Hingga Ramalan Nasib di Tahun 2024
Namun, saat ini lahan basah Sungai Musi terancam punah, jika tidak segera dilakukan upaya pemulihan dan pelestarian. Hal ini tentu akan berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat sekitar, yang akan kehilangan sumber daya alam dan budaya yang selama ini menjadi penopang mereka.
Oleh karena itu, generasi muda yang peduli dengan nasib lahan basah Sungai Musi mengambil inisiatif untuk menggelar aksi "Kembalikan Lahan Basah Kami". Aksi ini bertujuan untuk mengajak masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya untuk bersama-sama menjaga dan mengembalikan fungsi lahan basah Sungai Musi sebagai warisan alam dan budaya yang berharga.
Aksi ini didukung oleh Rumah Sriksetra, Mongabay Indonesia, dan Pulitzer Center, serta berlangsung bersamaan dengan peringatan Hari Lahan Basah Dunia, yang jatuh pada tanggal 2 Februari. Aksi ini berupa serangkaian kegiatan yang berlangsung dari tanggal 2-4 Februari 2024, di Kopi Mibar, Jalan Mahameru, 16 Ulu, Palembang.
Adapun kegiatan-kegiatan yang digelar dalam aksi ini adalah sebagai berikut:
BACA JUGA:Simak! Inilah 13 Manfaat Konsumsi Ikan Mas, Rupanya Bisa Buat Awet Muda
BACA JUGA:Anak Zaman Now Harus Tau! Jangan Teriak 'NKRI' Kalau Ga Paham Ini!
- Pameran Foto dan Diskusi, yang menampilkan karya-karya fotografer Nopri Ismi, Humaidy Kenedy, dan lainnya, yang menggambarkan keindahan dan kerusakan lahan basah Sungai Musi. Diskusi ini juga menghadirkan Nopri Ismi sebagai narasumber, yang akan berbagi pengalaman dan pandangannya tentang lahan basah Sungai Musi. Kegiatan ini berlangsung pada hari Jumat, 2 Februari 2024, pukul 15.00-21.00 WIB.
- Diskusi Lahan Basah Sungai Musi dan Pemutaran Film, yang mengundang para ahli dan aktivis lingkungan, seperti Mongabay Indonesia, Walhi Sumatera Selatan, Wikigambut Sumatera Selatan, dan Dian Maulina, untuk berdiskusi tentang isu-isu terkait lahan basah Sungai Musi, seperti dampak perubahan iklim, kebijakan pemerintah, partisipasi masyarakat, dan solusi-solusi yang bisa dilakukan. Kegiatan ini juga menayangkan film-film dokumenter yang berkaitan dengan lahan basah Sungai Musi, seperti "Musi: Sungai yang Terlupakan" dan "Rawa Gambut: Harta Karun yang Terancam". Kegiatan ini berlangsung pada hari Sabtu, 3 Februari 2024, pukul 15.00-21.00 WIB.
- Peluncuran Buku dan Pembacaan Puisi Sumatera Selatan dan Sumatera Barat, yang merupakan acara budaya yang menghadirkan para penyair dari kedua provinsi tersebut, yang akan membacakan karya-karya mereka yang terinspirasi oleh lahan basah Sungai Musi. Acara ini juga meluncurkan buku antologi puisi yang berjudul "Kembalikan Lahan Basah Kami", yang berisi puisi-puisi dari para penyair yang terlibat dalam aksi ini. Beberapa penyair yang akan tampil dalam acara ini adalah Arbi Tanjung, Aurelly Nada Salsabila, Mahesa Putra, Reza Maulana, Almer Deo Patra, Kemas Yudha, Unggul Bagus Riski, dan Siti Wahyu Vitamagistra. Kegiatan ini berlangsung pada hari Minggu, 4 Februari 2024, pukul 15.00-22.00 WIB.