LAHAT, SUMATERAEKSPRES.ID - Salah satu pemandangan yang jarang ditemui saat ini, ialah lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila di ruang tamu rumah kita.
Padahal tahun 2000an ke bawah, setiap rumah yang disinggahi, lambang Garuda Pancasila selalu ada setiap rumah.
Hal yang cukup miris sebagai Bangsa Indonesia, kita masih lupa isi dari Pancasila Sehingga bagaimana mau memahami Pancasila.
Mengaku dan bersemboyan "NKRI", padahal Pancasila merupakan dasar negara yang menjadi pandangan hidup bagi Warga Negara Indonesia.
BACA JUGA:4 Negara Ini Menjadi Rumah Kedua bagi Warga Indonesia, Kok Bisa?
BACA JUGA:7 Negara dengan Tingkat Pengangguran Tertinggi di Dunia, Ada Indonesia?
Pancasila dilambangkan dengan Burung Garuda. Makna Burung Garuda sebagai lambang Pancasila menyimpan berbagai nilai luhur.
Makna lambang Garuda Pancasila secara keseluruhan melambangkan persatuan dan juga kesatuan bangsa Indonesia.
Ini terlihat dari cakar burung garuda yang menggenggam semboyan Indonesia, yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya meski berbeda-beda, tapi tetap satu.
Berdasarkan Keppres Nomor 24 Tahun 2016, tanggal 1 Juni merupakan salah satu hari penting dalam kalender bangsa Indonesia. Tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila.
BACA JUGA:Banjir Ekstrem Landa Lahat, Apa Hikmah Dibaliknya?
BACA JUGA:Aksara Ka Ga Nga Tanduk Kerbau Mengukir Sejarah Marga Empat Suku Negeri Agung di Lahat
Pemilihan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila merujuk pada momen sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPKI) dalam upaya merumuskan dasar negara Republik Indonesia. Badan ini menggelar sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945. Dalam sidang tersebut, anggota BPUPKI membahas mengenai dasar-dasar Indonesia merdeka.
Dalam sidang kedua BPUPKI, Soekarno dalam pidatonya yang bertajuk “Lahirnya Pancasila” berkesempatan menyampaikan gagasannya mengenai konsep awal Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia tepatnya pada 1 Juni 1945. Pidato ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan baru mendapat sebutan "Lahirnya Pancasila" oleh mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI.
Dalam pidatonya Soekarno menyampaikan ide serta gagasannya terkait dasar negara Indonesia merdeka, yang dinamai “Pancasila”. Panca artinya lima, sedangkan sila artinya prinsip atau asas. Pada saat itu Bung Karno menyebutkan lima dasar untuk negara Indonesia, yakni Sila pertama “Kebangsaan”, sila kedua “Internasionalisme atau Perikemanusiaan”, sila ketiga “Demokrasi”, sila keempat “Keadilan sosial”, dan sila kelima “Ketuhanan yang Maha Esa”.