Ningkuk: Pertemuan Pemuda dan Pemudi dengan Pesan Edukasi
Tradisi ningkuk merupakan perayaan yang dilakukan menjelang akad nikah di kalangan masyarakat Suku Ogan.
Setelah pernikahan berlangsung, tradisi ningkuk diadakan sebagai bentuk sosialisasi, tanggung jawab, kecekatan, dan rekreasi.
Peserta ningkuk terdiri dari pemuda dan pemudi yang merupakan sahabat atau kerabat dekat kedua mempelai.
Acara ini melibatkan pertukaran selendang atau sarung antar kelompok pemuda dan pemudi, sambil saling melempar pantun dengan irama musik sebagai latar.
Saat musik berhenti, pemuda dan pemudi yang memegang selendang terakhir akan mendapat hukuman kreatif dari kedua mempelai, seperti menyanyi, menari, berpantun, atau merayu lawan jenis.
Tradisi ini bukan hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai sarana bagi pemuda untuk menyatakan perasaan kepada pemudi idamannya.
Dalam suasana yang penuh keceriaan, pemuda dapat menyampaikan perasaannya secara langsung atau melalui surat yang akan disampaikan oleh kedua mempelai.
Meskipun tradisi ini sudah semakin jarang ditemui, masyarakat Suku Ogan tetap gigih dalam upaya melestarikannya.
Mereka meyakini bahwa tradisi ini tidak hanya memiliki nilai historis, tetapi juga membawa banyak nilai positif bagi generasi muda mereka.
Dua tradisi khas Suku Ogan ini, pengadangan dan ningkuk, mencerminkan keindahan dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Sumatra Selatan.
Meski mungkin sulit ditemui di era modern, upaya pelestarian tradisi ini oleh masyarakat Suku Ogan dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk tetap menghargai dan merawat warisan budaya nenek moyang kita.