Masjid Agung Solihin, Bangunan Ikonik Kebanggaan Warga di Kayuagung, Apa Sih Keistimewaannya?

Minggu 21 Jan 2024 - 12:45 WIB
Reporter : Nisa
Editor : Alfery

Masjid ini terasa sangat nyaman karena dilengkapi AC dan kipas angin. Kebersihan selalu di jaga sehingga saat masuk terasa begitu berkesan.

Untuk parkir kendaraan, jema’ah juga tidak dipungut uang parkir oleh petugas. Untuk memberi kenyamanan, kebersihan, Masjid jadi prioritas.

Takmir masjid menugaskan beberapa orang marbot yang setiap hari menjaga kebersihan Masjid. Mulai dari bagian dalam Masjid hingga toilet dijaga agar selalu bersih. Kesejahteraan para Marbot ini juga diperhatikan.

Melalui infak jema’ah juga  bisa memberi honor kepada para marbot dengan upah yang layak, karena penting memperhatikan kesejahteraan meraka.

Sementara, untuk tertib peribadatan Masjid Agung Solihin memiliki 3 orang imam tetap. Dua diantaranya merupakan Hafidz Al Qur’an 30 Juz.

Jemaah yang datang  ke Masjid berasal dari berbagai latar belakang, bukan hanya orang-orang yang sudah terbiasa beribadah. Ada yang baru mengenal agamanya dan ada yang ingin belajar. Kehadiran imam tetap penting dalam tata kelola Masjid, tidak hanya mengimami sholat, tetapi juga menjadi guru dan panutan jemaah.

Soal peribadatan ini masjid memiliki beberapa program bimbingan dan edukasi umat.Pada program dauroh  rutin seperti yang sudah dilaksanakan dauroh cara bersuci dan sholat yang baik, dauroh mengurus jenazah dari mentalkin sampai dengan menguburkan mayit. Ilmu-ilmu yang banyak diperlukan oleh umat, namun kadang banyak yang melupakan

Pelatihan dauroh itu diajarkan ustadz dan praktisi. Sekali pelaksanaan daurah, jelas Anton, pengurus Masjid mengeluarkan biaya. 

Salah satu daya tarik Masjid Agung Solihin Kayuagung ada pada Miniatur Biduk Kajang berwarna cokelat.

Berdiri di halaman Masjid Solihin, Biduk Kajang merupakan icon masyarakat Kayuagung.

Zaman dahulu Biduk Kajang merupakan alat transportasi tradisional sekaligus menjadi rumah pada masa lampau bagi masyarakat di sekitar Sungai Musi.


Miniatur Biduk Kajang yang berada di halaman masjid. -Foto: Nisa/Sumateraekspres.id-

Alat transportasi tradisional ini berkembang sekitar masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya (abad VII-XIII Masehi).Jenis perahu ini berasal dari daerah Kayu Agung di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).

Pada masa lalu Perahu Kajang banyak dijumpai di Sungai Musi Palembang, akan tetapi sekarang ini sudah tidak dapat dijumpai lagi.

Kategori :