Adong (kiri) dan Yoga (depan) bersama anggota Sigmapala.-- Adong mengatakan hal utama yang harus dilakukan calon pendaki adalah melakukan riset dan perencanaan perjalanan. Seorang pendaki gunung harus mengenal medan gunung atau karakteristik dari gunung yang dituju, seperti kondisi alam pada gunung tersebut (berpasir, berbatu, dingin, terik dan lainnya). Tujuannya, untuk menyesuaikan perlengkapan yang harus dibawa. "Jadi kita harus tahu karakteristik gunung. Apakah berpasir, apakah dia tanjakan terus. Sehingga kita bisa menyesuaikan perlengkapan apa yang akan kita bawa," kata Adong, yang sekarang staf di Dinas Kehutanan Sumsel. Adong menyarankan agar calon pendaki melakukan olahraga ringan untuk mempersiapkan fisik. Calon pendaki gunung harus melakukan olahraga yang disesuaikan dengan medan gunung yang dituju. Persiapan fisik pun bisa dilakukan sejak sebulan sebelum hari pendakian. Calon pendaki pun bisa melakukan olahraga seperti joging. Joging, kata Adong, bisa membantu pengaturan napas calon pendaki yang akan membawa barang-barang ke atas gunung. "Jadi joging itu bisa membuat fisik jadi lebih bagus," saran Adong. Semantara persiapan fisik, calon pendaki pun perlu persiapan mental sebelum melakukan perjalanan itu. Naik gunung adalah salah satu aktivitas dengan risiko tinggi, sehingga mental sangat dibutuhkan dalam menghadapi resiko tersebut. "Kalau kita mendaki gunung itu ada dua bahaya, bahaya objektif sama bahaya subjektif," tambah Yoga Travolindra. Bahaya objektif itu bisa terjadi karena adanya badai, hujan lebat serta bahaya kondisi alam yang akan dirasakan para calon pendaki. "Ada lagi bahaya subjektif, bahaya yang memang dari diri kita sendiri. Salah satunya dari ketidaksiapan diri kita sendiri," jelas Yoga. Upaya yang dapat dilakukan oleh pendaki dalam meminimalisir risiko tersebut adalah dengan perencanaan dan persiapan yang matang. “Pendaki dapat mencari informasi mengenai gunung yang dituju, melatih keahlian yang dibutuhkan untuk bertahan di alam bebas, percaya diri, tidak selalu mengandalkan orang lain, pantang menyerah, bijak dalam bertindak dan mengambil keputusan. Langkah tersebut merupakan cara untuk melatih mental positif untuk menghadapi berbagai situasi yang tidak terduga saat mendaki gunung,” ujar Yoga, sembari menyeruput kopi hitamnya. Yoga mengatakan bahwa mendaki gunung berarti melangkah ke ruang ketidaktahuan yang penuh dengan kepastian. Pernyataan ini memiliki arti bahwa mendaki gunung sama halnya dengan menantang bahaya yang setiap saat dapat membahayakan fisik maupun mental pendakinya. Namun, tantangan alam yang keras seperti inilah yang justru menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang memiliki jiwa petualang. “Sampai saat ini, sudah banyak pendaki gunung yang mengalami cedera akibat kecelakaan ketika melakukan pendakian, bahkan tidak sedikit yang meninggal atau menghilang,” tambah Yoga.
Anggota Sigmapala ketika di puncak Gunung Merapi Dempo, Pagaralam.--
--
Kategori :