Mengenal Talang Semut, Kawasan Bangunan Heritage di Palembang

Kamis 18 Jan 2024 - 20:55 WIB
Reporter : Burmansyah
Editor : Burmansyah

Bagi warga Kota Palembang yang suka dengan bangunan-bangunan heritage, pasti suka berjalan menyusuri kawasan Talang Semut, sebuah daerah di pusat Kota   Palembang yang masih tampak asri. Pada masa penjajahan kolonial Belanda, Indonesia tidak terlepas dari pengaruh budaya Barat, hal tersebut dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan yang masih dapat dilihat keberadaannya seperti bentuk kota dan bangunan.

BACA JUGA:Susun Rencana Pembangunan 20 Tahunan

        Menurut beberapa cerita warga yang telah lama bermukim di Talang Semut, Jalan Merdeka adalah jalan pertama yang dibuat pada zaman Belanda untuk menghubungkan kantor-kantor mereka dengan wilayah pemukiman Eropa di daerah Talang Semut. “Setelah zaman kemerdekaan RI tahun 1945, bangunan yang ada pada kawasan Talang Semut Palembang lambat laun ditinggalkan oleh pemiknya. Kondisi tersebut, mengakibatkan bangunan-bangunan yang ada menjadi tidak terawat dan mengalami perubahan. Bahkan, ada yang sengaja dirobohkan karena dianggap ketinggalan zaman, sehingga akan mengakibatkan hilangnya bagian dari sejarah suatu tempat yang sebenarnya sudah diciptakan sendiri sebagai identitas,” ujar Uci Musiati, warga Jl PAKA Rohim, Perum KA No 23, Kelurahan Talang Semut, Palembang.

BACA JUGA:Tiga Wahana Permainan Paling Diburu di Kambang Iwak Palembang

Dikatakan Teteh Uci, sapaan akrab Uci Musiati,   pelestarian kawasan merupakan cara untuk melindungi dalam merespons perubahan zaman. Meskipun seringkali pembangunan baru terjadi secara parsial, sehingga kesatuan struktur kawasan, konteks dan keserasian tidak mendapatkan perhatian. “Sehingga untuk mencegah hal tersebut perlu upaya pelestarian suatu kawasan yang bertujuan untuk memelihara struktur dan tempat bersejarah,” lanjut wanita kelahiran tahun 1962 tersebut.

Sejak menjamurnya kafe di Palembang, kawasan Talang Semut paling banyak berdirinya kafe-kafe baru yang mempertahankan bangunan tua dan berkonsep ala zaman dulu tersebut, seperti di Jl Kartini, Jl Diponegoro dan masih banyak lagi.

Menurut Mashuri, seniman yang bermukim di Talang Semut, manfaat pelestarian yaitu secara budaya berguna untuk pendidikan, pengayaan etnis, dan rasa memiliki. Secara ekonomis, lanjutnya, berguna untuk meningkatkan nilai hak milik, peningkatan sewa perdagangan eceran, dan komersial.

“Saat ini struktur ruang kawasan Talang Semut telah mengalami perubahan atau gentrifikasi. Genrifikasi adalah perubahan struktur komunitas urban sebagai dampak langsung dari kegiatan peningkatan kualitas fisik melalui renovasi, revitalisasi, dan peremejaan kawasan kota. Oleh karena itu, pelestarian perlu dilakukan untuk menjaga karakter kawasan Talang Semut yang juga merupakan kawasan cagar budaya di Palembang. Salah satu usaha dalam pelestarian adalah perlu melakukan kajian tentang elemen-elemen tata ruang di kawasan Talang Semut,” jelas personel nasyid Senandung Hikmah ini.

Kawasan Talang semut mempunyai ciri khas masa lampau dengan bentuk bangunan kolonial, danau resapan, rumah dinas wali kota, serta penghijauan yang tertata dengan rapi dan indah merupakan simbol tersendiri terhadap kawasan ini. Artefak bangunan-bangunan kolonial yang perlu dilestarikan sebagai bukti sejarah masih banyak dijumpai pada kawasan Talang Semut Palembang dengan pola membentuk garis radial di sepanjang jalan utama kawasan Talang Semut.

“Tidak ketatnya Perda tentang Pelestarian Cagar Budaya mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan terhadap bentuk bangunan kuno (bangunan kolonial). Kawasan Talang Semut Palembang merupakan kawasan bernilai sejarah tinggi, hal ini terbukti bahwa kawasan ini jauh lebih baik kondisinya bila dibandingkan dengan kondisi yang lain yang ada di Kota Palembang. Dengan kondisi perumahan yang tertata dengan rapi, tersedianya fasilitas publik, udara yang bersih dan kawasan yang bernilai estetika tinggi berperan dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat Kota Palembang,” pungkas Mashuri.(*)

 

Kategori :