Setelah beberapa usaha yang tak membuahkan hasil, Prajogo menemukan panggilan di dunia bisnis.
BACA JUGA:4 Jenis Pemeriksaan Sebelum dan Sesudah Terbang. Kapan Pesawat Masuk Bengkel?
BACA JUGA:Fokus Pendidikan dan Kenegarawanan Jadi Daya Tarik
Pada tahun 1960-an, nasibnya berubah ketika bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia, Bon Sun On dan Burhan Uray.
Keterkaitannya dengan Burhan Uray membawa Prajogo ke langkah awal kariernya di PT Djajanti Group pada tahun 1969.
Dalam waktu tujuh tahun, Burhan mempercayakan posisi general manager (GM) di Pabrik Plywood Nusantara, Gresik, Jawa Timur kepada Prajogo.
Setelah menorehkan jejaknya di PT Djajanti Group, Prajogo tidak berhenti di sana. Pada akhir 1970-an, laporan Forbes mencatat langkah berani Prajogo yang terjun ke dunia bisnis kayu.
BACA JUGA:Empat Lawang Ikut Rakon PKK dan Rakerda Dekranasda Provinsi Sumsel
BACA JUGA:Jamin Pengamanan Pergeseran Logistik, Terdata 27 TPS Rawan
Dengan mengajukan pinjaman dari bank, ia mengakuisisi CV Pacific Lumber Coy yang tengah dilanda kesulitan keuangan.
Transformasi ini memunculkan PT Barito Pacific Lumber. Langkah besar dilakukan oleh Prajogo ketika perusahaannya go public pada tahun 1993, dan setelah mengurangi fokus pada bisnis kayu pada tahun 2007, nama perusahaan berubah menjadi Barito Pacific.
Jaringan bisnisnya yang semula berakar di industri perkayuan merambat ke sektor petrokimia, minyak sawit mentah, hingga properti.
Prajogo Pangestu, dengan perjalanan yang penuh tantangan, berhasil menciptakan gurita bisnis yang menjalar luas di berbagai sektor ekonomi.
BACA JUGA:Siap-Siap Dievaluasi, KPU Lakukan Roadshow ke PPK-PPS
BACA JUGA:Truk Tangki ‘Kencing’ di Jalan Sopir Jual Solar Subsidi Jauh dari Harga Normal
Kehidupan Sosial Prajogo Pangestu