PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Sebagai ungkapan rasa syukur atas semua rezeki yang didapat dalam satu tahun terakhir, pengurus dan sekaligus juga umat Kelenteng Chu Pek Keng milik Marga Chu menggelar ritual ataupun sembahyang onde-onde, belum lama ini. Untuk ritual ini digelar setiap tahun tepat di akhir tahun.
Adapun untuk sembahyang onde-onde yang sekaligus juga sembahyang tutup tahun ini, diawali dengan sembahyang ke para dewa, para leluhur dan sembahyang pada prajurit dewa atau Khokun.
BACA JUGA:Wajib Ada, Ini 5 Persembahan di Kelenteng saat Ritual Sembahyang
BACA JUGA:Ritual 7 Hari Kematian, Punya Makna Spritual
"Ini tradisi rutin digelar bagi warga Tionghoa sekaligus ungkapan rasa syukur atas rezeki selama satu tahun terakhir," ungkap Ketua Kelenteng Chu Pek Keng, Akien yang dibincangi oleh koran ini, belum lama ini.
Yang mana, terang Akien lagi, dalam budaya warga Tionghoa dalam setahun setidaknya ada lima perayaan besar yang setiap tahun selalu dirayakan. Yakni festival musim semi atau Imlek yang dirayakan setiap tanggal 1 bulan kesatu tahun lunar.
BACA JUGA:Persembahan Ini Ada saat Sembahyang Hari Besar Dewa-Dewi
BACA JUGA:Perayaan Sederhana, Sembahyang Bersama
Selanjutnya yang kedua Festival Cheng Beng setiap tanggal 5 April tahun Masehi, festival musim panas setiap tanggal 5 bulan kelima tahun lunar. Lalu Festival Musim Gugur, setiap tanggal 15 bulan kedelapan tahun lunar dan juga Festival Musim Dingin, setiap tanggal 22 Desember menurut penanggalan Masehi.
“Setiap festival memiliki makna, ciri khas, maksud dan tujuan tersendiri. Di samping itu, setiap festival juga memiliki makanan khas tersendiri pula. Imlek memiliki makan khas Kue Keranjang, Ceng Beng memiliki makanan Ketupat Opor Ayam, Musim Panas (Peh Cun, Indonesia) memiliki makan Bakcang dan Kue Cang, Musim Gugur (Tiongchiu) memiliki makanan Kue Bulan, dan Musim Dingin (Tangche) memiliki makanan Wedang Onde- onde,” tandasnya. (afi/lia)