Terpisah, Bendahara Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Sumsel Arvan Zulhandi mengatakan di tahun 2023, retail belum kembali sempurna seperti sebelum covid melanda. Namun sudah menunjukkan peningkatan.
"Kita melihat di tahun 2024, dunia retail diharapkan tetap tumbuh. Walau belum signifikan," ucapnya, kemarin.
Menurutnya, dengan dibukanya retail baru di Indonesia khususnya Kota Palembang, menunjukkan pertumbuhan tetap ada. “Walau ada juga retail yang mengalami kemunduran atau tutup,” akunya.
Sebab, retail modern sekarang mempunyai saingan yang cukup berat. “Yaitu retail online. Namun keduanya tetap mempunyai pasar masing masing," beber Arvan.
Saat ini, retail modern tetap fokus untuk berkembang. Menargetkan pertumbuhan minimal 10 persen saja. "Untuk di Sumatera Selatan, pertumbuhan tetap ada di Palembang. Di kota lain, masih di bawah 2 persen," sebutnya.
Sementara Ketua Diklat UKM-IKM Nusantara, Andi BR mengatakan UMKM di tahun politik ini nampaknya belum bisa memberikan jalan untuk peningkatan produk di sektor industri.
Hanya ada 3 sektor UMKM yang akan mendapat banyak keuntungan dari tahun politik saat ini, “Yakni, sektor advertising dan printing, seperti pembuatan banner/baliho. Sektor restoran/kedai makanan minuman, dan sektor penginapan serta agrobisnis," urai Andi.
Di bidang jasa dan perdagangan, menurutnya masih bertahan. Belum ada tanda peningkatan. “Tapi masih lumayan jika dibanding industri kecil menengah (IKM) yang kondisinya masih lemah. Perlu suntikan modal,” tuturnya.
Namun demikian, kondisi yang ada tidak mengurangi semangat wirausaha bagi UMKM. Selain regulasi, yang perlu diperkuat utamanya untuk masalah pemasaran hasil IKM. “Juga pembinaan organisasi dan managemen yang secara intensif harus dilakukan," ungkapnya.
Menurutnya, dunia usaha UMKM yang sedang dalam tren positif pada usaha rumahan. Jumlahnya terus bertambah setiap bulannya. "Tumbuh dan berkembang ini diperlukan pembinaan yang baik dari pemerintah," harap Andi BR.
Ketua DPD Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Sumsel, Herlan Asfiudin, menambahkan untuk pariwisata di Sumsel tahun 2024 menjadi titik balik serta masa persiapan untuk pariwisata di 2025-2026.
“Dalam dua tahun yang akan datang, Sumsel terutama sekali Kota Palembang akan jadi destinasi wisata bagi warga yang tinggal di Pulau Sumatera,” prediksinya.
Tentunya hal ini secara langsung pengaruh ke pertumbuhan ekonomi terutama lagi di bidang pariwisata. Kondisi itu akan tercipta, bila rampungnya jalan tol yang menghubungkan Sumsel dengan Jambi.
Maka, secara langsung menggerakkan sektor ekonomi lain yang terkait di dalamnya. Baik itu dari bisnis perhotelan, restoran, tempat hiburan, penjualan oleh-oleh hingga pada pemandu wisata.
"Kalau tahun 2025 tol Sumsel dan Jambi terhubung, tentunya semuanya ini bisa lebih cepat. Sumsel dan Palembang akan menjadi tempat transit wisatawan. Baik itu yang dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, dan Jambi,” paparnya.
Dengan demikian, akan mendongkrak angka kunjungan wisatawan. Namun hal ini juga harus dibarengi dengan sarana prasarana pendukung kepariwisataan. “Salah satu di antaranya tempat hiburan maupun SPA dan sejenisnya," ucap Babe Herlan, sapaan akrabnya.