Upaya tersebut akan melibatkan kerjasama dengan pihak ketiga untuk meningkatkan pendapatan, terutama melalui pemanfaatan fasilitas di Stasiun dan tiang-tiang pancang LRT di sepanjang jalan.
"Kami akan menggandeng pihak ketiga untuk berkontribusi pada peningkatan pendapatan melalui pemanfaatan fasilitas yang kami miliki. Ini akan berdampak positif pada peningkatan pelayanan kepada masyarakat," ujar Rode.
Terkait dengan buffer area atau area penyangga, pihak LRT Sumatera Selatan berencana menyiapkan tiga kawasan, termasuk di Asrama Haji, RS Siti Fatimah, dan dekat Stasiun OPI Mall.
Hal ini diharapkan dapat mengurangi kekhawatiran masyarakat terkait parkir atau terminal feeder.
Sekretaris Dishub Kota Palembang, Agus Supriono, menyatakan dukungan terhadap keputusan tersebut. Meskipun demikian, ia menyoroti perlunya penanganan terhadap angkutan feeder atau teman bus.
Agus juga mengapresiasi langkah ini sebagai solusi untuk mengatasi kemacetan pada malam tahun baru.
"Pastinya ini kita apresiasi, sebab menjadi solusi mengatasi kemacetan akibat adanya rencana penutupan Jembatan Ampera pada setiap malam tahun baru."
"Tidak hanya itu saja, keberadaan LRT juga diharapkan bisa membantu aktifitas masyarakat di malam tahun baru terutama yang ingin menikmati malam pergantian tahun tersebut," ucapnya.
Direktur Perkeretaapian Kementerian Perhubungan RI, M Rizal Wasal, mengungkapkan bahwa pertumbuhan angkutan LRT di Palembang dianggap sebagai yang terbaik untuk kondisi saat ini.
Sejak dioperasikan pada Asian Games, jumlah penumpang harian terus meningkat secara signifikan, menegaskan peran LRT sebagai tulang punggung angkutan umum di Kota Palembang.
"Tentunya untuk menunjang semua hal itu, harus dibarengi dengan peningkatan atas kualitas pelayanan ke masyarakat."
"Karena itu, kita sangat antusiasi dengan Ngobras ini, sehingga bisa memberikan masukan dan kritik membangun untuk peningkatan kualitas pelayanan dari angkutan umum di tanah air terutama LRT," tambahnya.