Namun, jumlah itu nyatanya masih belum bisa memenuhi kebutuhan warga, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Sejak Israel meluncurkan agresi di Gaza merespons serangan dadakan Hamas 7 Oktober lalu, Rafah di Gaza Tengah, menjadi satu-satunya pintu masuk bantuan kemanusiaan bagi warga sipil.
Pengiriman bantuan lewat perbatasan itu sempat sangat dibatasi oleh Israel, termasuk larangan bahan bakar memasuki Gaza hingga membuat rumah sakit dan fasilitas vital lainnya banyak berhenti beroperasi.
Israel melarang demikian lantaran takut bahan bakar yang masuk digunakan Hamas untuk menyerang mereka.
Sekarang, setelah gencatan senjata usai per Jumat (1/12), Rafah yang merupakan perbatasan antara Mesir dan Gaza itu pun terpaksa ditutup.
Warga sipil kini terancam kembali menghadapi krisis makanan, air, obat-obatan, hingga bahan bakar.
Kementerian Kesehatan Gaza pun memohon agar perbatasan Rafah dibuka kembali demi warga sipil.
"Bantuan medis yang memasuki Gaza selama gencatan senjata hanya cukup untuk satu hari," kata juru bicara Kemenkes Gaza Ashraf al-Qudra, seperti dikutip Al Jazeera.
"Sektor kesehatan di Gaza tidak berfungsi dalam segala hal," lanjut dia. (*)