Kemajuan teknologi yang terus berkembang menghadirkan berbagai inovasi. Mempengaruhi gaya hidup (life style) orang banyak. Misalnya saja terkait merokok.
Kini, di kalangan para perokok sedang tren istilah ‘nge-vale’. Sebuah cara merokok menggunakan alat elektronik yang lebih canggih plus bersih dari rokok tradisional.
Menghasilkan asap yang beragam wanginya, beda dengan bau asap rokok konvensional yang acapkali membuat orang tak nyaman.
Dengan alat vape dan cairan dengan beragam aroma yang wanita, nge-vape terasa makin nikmat. Di kalangan kawula muda, tidak hanya pria, tapi banyak pula wanita yang merokok elektrik ini.
BACA JUGA:SIAP-SIAP! Vape atau Rokok Elektrik Bakal Dilarang, Aturannya Segera Disiapkan. Seperti Apa?
Lantas, apakah benar benar nge-vape ini lebih aman dari rokok biasa?
Sebelum itu, mari pahami dulu pengertian berikut. Vaping adalah aktivitas menghirup uap yang dihasilkan oleh rokok elektronik (e-rokok) atau perangkat serupa.
Nah, rokok elektrik atau vape ini bekerja dengan memanaskan cairan yang biasanya mengandung nikotin, pelarut, dan perasa.
Cairan beraneka aroma itu dipanaskan hingga menghasilkan uap wangi yang kemudian dihirup penggunanya.
BACA JUGA:Antisipasi Penyebaran Narkoba Melalui Liquid Vape
Secara umum, vaping dipandang sebagai pilihan yang lebih sehat dari pada merokok tradisional. Itu karena orang tahunya kalau rokok biasa mengandung banyak zat berbahaya selain nikotin.
Tapi harus dipahami, cairan yang dipanaskan saat nge-vape juga mengandung zat kimia. Vaping juga menyimpan potensi bahaya yang tidak boleh diremehkan.
Salah satu contohnya, zat diacetyl, yang sering digunakan untuk memberikan rasa mentega pada uap.
Diacetyl terkait erat dengan penyakit paru-paru yang serius, seperti bronkiolitis obliterans, yang dikenal juga sebagai popcorn lung.
BACA JUGA:Mau Berhenti Merokok? Lakukan Mulai dari Hal-Hal yang Kecil, Terapkan 5 Cara Ini
Saat cairan vape dipanaskan, proses ini dapat menghasilkan aldehida seperti formaldehida yang bersifat karsinogenik. Dapat memicu penyakit kanker.
Walau tingkat karsinogen ini lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional, risiko kesehatan tetap ada. Terutama dengan penggunaan jangka panjang.
Kecenderungan remaja untuk mencoba vaping harus menjadi perhatian khusus. Nikotin yang ada dalam sebagian besar cairan vape dapat menyebabkan ketergantungan dan memiliki dampak negatif pada perkembangan otak remaja.
Vaping dapat memberikan dampak negatif pada sistem kardiovaskular. Nikotin meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, yang bisa berujung pada masalah jantung.
BACA JUGA:HKN 2023, Provinsi Sumsel Siap Terapkan 6 Pilar Transformasi Kesehatan
Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa vaping dapat memicu respons inflamasi dalam tubuh yang berisiko terhadap kesehatan jantung.
Dampak terhadap sistem respirasi atau pernapasan juga signifikan. Meskipun vaping mungkin tidak menghasilkan tar seperti rokok konvensional, namun uapnya dapat menyebabkan iritasi dan peradangan di saluran pernapasan. Juga mempengaruhi fungsi paru.
Tak hanya itu, vaping juga berkaitan dengan masalah kesehatan mental. Nikotin merupakan zat adiktif yang bisa menimbulkan ketergantungan,.
Nikotin juga berpengaruh pada suasana hati dan konsentrasi. Pengguna yang ketergantungan nikotin mungkin mengalami gejala penarikan saat tidak vaping.
BACA JUGA:ISPA Misterius Serang Ribuan Anak di Tiongkok
Termasuk munculnya kecemasan, iritabilitas, dan kesulitan konsentrasi. Beberapa produk vape yang beredar di pasaran mungkin tidak memenuhi standar kesehatan yang ketat dan itu meningkatkan risiko penggunaan bahan yang berbahaya.
Dalam konteks kesehatan ini, masyarakat diingatkan untuk melakukan pendekatan pencegahan. Menghindari atau berhenti dari vaping adalah langkah terbaik untuk menjaga kesehatan jangka panjang.
Bagi yang ingin berhenti merokok, konsultasikan dengan professional kesehatan untuk mendapatkan metode yang lebih aman dan terkontrol. (*/)