ODHA di Muara Enim berdasarkan pekerjaan, wiraswasta 5 orang, ibu rumah tangga 7 orang, mahasiswa 1 orang, petani 1 orang dan tidak diketahui pekerjaannya 13 orang. “Bagi yang terinfeksi HIV harus rutin minum obat ARV (Antiretroviral). Kalau lupa minum dan sampai ke fase AIDS, maka itu sudah sulit untuk ditangani," ulasnya.
Di OKU Timur, Dinas Kesehatan mencatat ada 26 kasus. Terbanyak pada usia 20-24 tahun 15 kasus. “Mungkin ada lebih banyak lagi, tapi belum terdeteksi,” kata Kabid P2P Dinas Kesehatan OKU Timur, Umaidah Kosim.
Hingga saat ini, virus tersebut belum ada obat yang mampu menyembuhkannya. HIV menyerang sel darah putih, melemahkan sistem kekebalan tubuh. “Membuat kita lebih mudah terserang penyakit seperti tuberkulosis, infeksi, dan beberapa jenis kanker,” jelasnya.
Kata Umaidah, di OKU Timur ada 9 fasilitas kesehatan (faskes) yang melayani perawatan, dukungan dan pengobatan HIV/AIDS. Sisanya 15 faskes bisa melayani konseling HIV/AIDS.
Adapun kesembilan fakes tersebut yakni RSUD Martapura, RSUD OKU Timur, RS Islam At Taqwa, RS Charitas Belitang, Puskesmas Bangsa Negara, Puskesmas Gumawang, Puskesmas Sukaraja, Puskesmas Pemetung Basuki dan Puskesmas Totorejo.
Biasanya, penderita tuberkulosis (TB) akan diperiksa HIV juga. Pun begitu sebaliknya. "Biasanya kedua penyakit ini saling keterkaitan. Namun, bagi yang ‘tidak jajan’, biasanya TB saja," ucapnya.
Dinas Kesehatan OKU Timur sosialisasi ke populasi kunci yakni lokalisasi, para gay, LSL, pengguna napza melalui suntik, ibu hamil, dan pasien TBC. Kemudian edukasi ke ibu hamil.
Angka kasus HIV/AIDS di OKU belum diketahui pasti. Kabid P2P Dinkes OKU Andi Prapto mengarahkan untuk bertanya langsung ke Klinik Merpati di RSUD dr Ibnu Sutowo Baturaja.
Perawat di Klinik Merpati RSUD dr Ibnu Sutowo Baturaja, Diana Skep Ners mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS yang aktif ada 49 orang. “Mereka ini rutin konseling dan berobat sampai periode Oktober 2023," ucapnya.
Untuk penderita dominan usia 20-30 tahun sekitar 60 persen. Sisanya 40 persen usia di atas 30 tahun, biasanya penderita HIV/AIDS lama. Dari 49 pasien itu, ada warga OKU Timur dan OKU Selatan. “Rata-rata karena seks bebas,” tambahnya.
Terpisah, Kepala Dinkes Banyuasin, Rini Pratiwi didampingi Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Eni Diana mengatakan, ada sekitar 15 ODHA. “Untuk pengobatan semuanya gratis. Dapat berobat ke rumah sakit atau puskesmas,” katanya. Selain obat, penting bagi para penderita mendapatkan motivasi dari keluarga, kerabat dan konselor.
Kadinkes Lahat Taufiq M Putra SKM MM melalui Aiwa Marlina SKM MM mengatakan, ada 23 penderita HIV/AIDS yang saat ini dalam tahap pengobatan.
Jumlah ini bertambah dari tahun sebelumnya. “Sebelumnya ada 13 orang. Untuk penderita ada yang laki- laki dan perempuan, juga wanita pria. Untuk penyebab terbanyak karena hubungan seks kurang sehat,” bebernya.
Di Kota Prabumulih, jumlah kasus HIV/AIDS tahun ini juga meningkat. Diungkap Kepala Dinkes Prabumulih, dr Hesty Widyaningsih. “Dari evaluasi September kemarin terhadap tahun lalu, sudah kelihatan ada kenaikan,” jelasnya. Penderitanya sama dengan daerah lain, rara-rata usia 20-30 tahunan.
Data Dinkes Prabumulih, sepanjang 2022 terdapat 31 ODHA. 58 persen di antaranya merupakan gay atau homoseksual atau LSL. Pihaknya kejar empat populasi kunci yakni wanita pekerja seks, waria, LSL dan pengguna narkoba suntik. “Tahun ini ada pasien HIV yang terkonfirmasi meninggal,” tambahnya.
Bagi yang sudah terinfeksi, penting minum obat secara teratur seumur hidup. "Kalau teratur, jumlah virusnya terkontrol dan bisa hidup normal. Tidak sampai menjadi AIDS," tandas dr Hesty.