PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Replika kerangka manusia dari Gua Harimau mengundang decak kagum beberapa pengunjung OPI Mall, kemarin (26/11).
Terutama anak-anak, mereka menjadi tahu manusia prasejarah terutama yang ada di Provinsi Sumsel. Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI, Kristanto Januardi, berharap masyarakat dapat belajar sejarah lewat warisan budaya yang dipamerkan di atrium mal hingga hari ini (27/11).
“Pameran ini menjadi wadah bagi masyarakat di Sumatera Selatan untuk mengenal jejak warisan leluhur. Di sini kita pamerkan peninggalan prasejarah hingga Prasasti Emas bertajuk Mañalap Siddhayātra," terangnya.
Dikatakan, Balai Pelestarian Kebudayaan mencoba menampilkan jejak perjalanan peradaban Sumsel lintas periode. Warisan budaya benda dan tak benda ditampilkan dengan memperhatikan ragam kekhasan dan keunikan tinggalan. Pada warisan budaya benda, replika kerangka manusia dari Gua Harimau itu menjadi objek yang mewakili periode prasejarah di Sumsel.
“Objek ini dipilih karena merupakan bukti bahwa lebih dari 2.000 tahun silam, daerah perbukitan di sisi barat Sumsel telah dihuni manusia purba. Artinya peradaban beserta kebudayaannya telah lahir jauh sebelum catatan kemasyhuran Kedatuan Sriwijaya," lanjutnya.
Periode berikutnya jejak kejayaan Kedatuan Sriwijaya hingga Kesultanan Islam juga turut ditampilkan. Beberapa objek seperti prasasti emas, mata uang kuno, hingga kerangka kapal kuno juga turut dihadirkan di tengah Atrium OPI Mall agar dapat dilihat dan dipelajari oleh setiap pengunjung. Terdapat pula temuan masyarakat seperti alat tukar, ingot timah seberat 35 kg, hingga manik-manik. Relief candi dan beberapa tinggalan dari peradaban klasik di daerah Bumiayu, Kabupaten PALI. "Seluruh objek fisik ini merupakan jejak yang membuktikan geliat peradaban Sumsel pada masa lampau," ujarnya.
Sementara untuk pameran warisan budaya bertema "Mañalap Siddhayātra” merupakan kisah perjalanan suci. Tema pameran diambil dari guratan aksara Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir Kota Palembang. Ini turut mengabadikan kata mañalap dan siddhayātra.
Kata mañalap dapat diartikan sebagai mengambil atau mencari, sementara siddhayātra berasal dari dua kata berbahasa Sansekerta yaitu siddha dan yätra yang memiliki arti perjalanan suci yang dilakukan seseorang dan telah berhasil sampai tujuan. "Melalui kalimat mañalap siddhayātra, prasasti ini mengabadikan kisah perjalanan dan keberhasilan penaklukan wilayah Minanga pada era Dapunta Hyang," pungkasnya. (tin/fad/)