Ia pun menamakan Sekolah Muhammadiyah karena ia berasal dari Jawa. “Di sana banyak warga Muhammadiyah, jadi saya sudah sehati dengan Muhammadiyah. Tahun 1995 saya juga menjadi pengurus Muhammadiyah," ungkapnya.
Hingga kini, Mukardi pun telah mendirikan 28 sekolah. Dimana 20 di antaranya TK, 3 SMP, dan 2 SMA.
Mukardi juga mendirikan 1 SMK Muhammadiyah dan 1 sekolah tingkatan MAN Muhammadiyah. Termasuk 1 sekolah yang baru dibangun yakni SMP di Rantau Bayur, Sungsang.Ketika sekolah berdiri, jelas Sukardi, siapa pun bisa mengajar.
BACA JUGA:Tips untuk Lulusan Keguruan Agar Jadi Guru Yang Disukai Banyak Murid
BACA JUGA:Tepuk Bokong Siswi, Oknum Guru Dimutasi, Dugaan Pelecehan saat Les, Kasus di Prabumulih
"Umumnya yang mengajar tidak digaji. Mereka ikhlas memberikan pendidikan bagi siswa yang ada di sekolah. Jadi yang mau saja," ungkap Mukardi.
Terkadang Muwardi tak segan mengeluarkan dana dari kocek pribadi. "Untuk operasional saya kadang mengeluarkan dana pribadi. Dari hasil gaji saya sebagai seorang guru PNS. Dulu kan tidak ada dana BOS," paparnya. Syukur sejauh ini sekolahnya berkembang, bisa mandiri, dan mendapat bantuan BOS.
Walaupun sudah 28 sekolah ia dirikan, Mukardi mengaku tak mendapatkan gaji dari satu sekolah pun.
"Saya tak pernah terpikir mendapatkan imbalan atau gaji. Yang saya lakukan ikhlas, tidak ada sama sekali niat saya mendapatkan keuntungan dari pendirian sekolah ini," jelasnya.
Bagi Mukardi, merintis sekolah, menjalankan, dan berdiri secara mandiri merupakan kebahagiaan batiniah.
Untuk mendukung perjuangan Mukardi, istrinya pun kini mengajar di salah satu TK yang ia dirikan.
"Jadi istri saya menjadi kepala TK sehingga ia tahu bagaimana perjuangan merintis dan membangun sebuah sekolah," pungkasnya. (*/fad/)