Dipastikan, kebutuhan (demand) beras akan mengalami peningkatan. Untuk gambaran, dalam dua tahun terakhir ini puncak tertinggi produksi beras secara bulanan terjadi pada bulan Maret dan April.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras bulan Maret 2022 sebanyak 5,49 juta ton dan April 2022 mencapai 4,45 juta ton.
Tren yang sama juga terjadi di tahun 2023. Pada bulan Maret 2023 produksi beras mencapai 5,13 juta ton dan April 2023 tercatat 3,66 juta ton.
Momen tersebut menandakan waktunya panen raya. Bapanas bersama Bulog akan mengantisipasi pergeseran masa panen raya tahun depan apabila benar tidak terjadi di Maret dan April.
BACA JUGA:Bansos Beras Sasar 565.414 Keluarga Miskin
“Kita komitmen akan menyerap produksi beras dalam negeri untuk terus memperkuat stok CBP,” tegasnya.
Mundurnya masa panen ini akan menjadi tantangan karena kebutuhan stok CBP untuk bantuan pangan beras selama 6 bulan di 2024 memerlukan 1.320.244 ton.
Pemerintah akan melakukan pengadaan beras dari luar untuk stok CBP. Arief menegaskan, jumlahnya terukur dan tidak membuat harga di level petani anjlok," tegas Arief.
Arief menambahkan bantuan pangan beras ini berperan sebagai unsur penekan harga beras di tingkat konsumen. Juga untuk menjaga inflasi nasional.
BACA JUGA:Penerima Bansos PKH Berkurang
"Dapat dilihat, selama dua kali tahap penyaluran bantuan pangan beras tahun ini, inflasi dapat terjaga, terutama inflasi beras," kata Arief.
Begitu pula harga beras di tingkat konsumen dapat ditekan sehingga tidak bergejolak semakin tinggi.
Bantuan pangan beras tahap pertama yang disalurkan sejak April-Juli 2023, turut mendorong penurunan tingkat inflasi beras.
Tercatat pada Februari 2023 tingkat inflasi beras secara bulanan di angka 2,63 persen, pada Juli 2023 turun hingga mengalami deflasi.
Kemudian, usai penyaluran bantuan pangan beras tahap kedua yang dilakukan mulai September 2023, juga berpengaruh pada turunnya inflasi beras secara bulanan.