Patahkan Mitos Kebun Sawit Tandus
MURATARA - Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Muratara mengajak warga mematahkan mitos kebun kelapa sawit yang tandus. Mitos itu mengakibatkan sejumlah warga pemilik kebun sawit enggan memanfaatkan lahan perkebunan mereka ditanami tanaman lain.
Safaat, warga Desa Noman Baru, Kecamatan Rupit me-ngatakan awalnya ia tidak yakin melakukan sistem tumpang sari di sela perkebunan sawit untuk ditanami sayur-sayuran. “Dulu informasi beredar di masyarakat, kebun kelapa sawit itu tandus, tidak subur, tidak bisa ditanam tanaman lain. Karena satu pohon kelapa sawit bisa menyerap sampai 15 liter air/hari,” katanya.
Setiap rawa lebak yang ditanami kelapa sawit, akan menjadi dataran keras yang mengering. Karena dalam satu hektare mampu ditanami 124 batang sawit, dengan estimasi 44 ton lebih air diserap setiap bulan. “Banyak menyerap air, sawit juga menghabisi unsur hara dalam tanah. Jadi mengakibatkan tanah tandus, kering, keras dan sulit ditanami,” timpalnya.
Namun sejak program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) digulirkan pemerintah, banyak warga di wilayah Muratara menggarap lahan perkebunan kelapa sawit dengan sistem tumpang sari. Tanaman dikembangkan disela-sela tanaman penghasil minyak kelapa ini, cukup beragam. Mulai dari sayur sayuran, cabai, bawang, hingga melon, dan semangka.
“Sekarang di sela kebun sawit, saya tanami kacang panjang. Allhamdulillah bisa subur dan panen terus. Ada juga warga menanam cabai, semangka, dan lain-lain,” bebernya. Jika lahan dirawat dengan maksimal dan diolah dengan baik tentu tetap bisa ditanami tanaman lain dengan sistem tumpang sari dan memberikan hasil maksimal.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan, Kabupaten Muratara, Ade Meiri mengajak seluruh masyarakat Muratara, bersama-sama mematahkan mitos kebun kelapa sawit yang tak bisa ditumpang sari. Saat ini sudah banyak warga memanfaatkan lahan di sela tanaman kelapa sawit, untuk ditanami cabai, bawang, jagung hingga sayur sayuran. Semuanya tetap berhasil tanpa kendala, hingga pemanenan.
“Sebelum ditanam tanahnya diolah dulu, dibajak, dikasih kapur, dikasih pupuk. Kalau main tanam saja, tanpa diolah tanahnya, ya pasti tanaman tidak berkembang,” bebernya. Dia menjelaskan, sudah banyak petani di Muratara menerapkan sistem tumpang sari di perkebunan kelapa sawit dan rata rata semua berhasil. Pihaknya mengajak agar masyarakat, bisa memanfaatkan secara maksimal lahan yang ada. Jika warga tidak mampu membeli pupuk kimia, dianjurkan menggunakan pupuk kompos, dari kotoran hewan ternak maupun sekam padi untuk menggemburkan tanah. (zul)