GAZA, SUMATERAEKSPRES.ID - Pukulan berat bagi sektor kesehatan di Gaza, rumah sakit utama terpaksa menyelenggarakan pemakaman massal untuk sejumlah pasien.
Kabar tragis ini diumumkan oleh Direktur RS Al-Shifa, Mohammad Abu Salmiyah, pada Selasa (14/11/2023).
Sementara tekanan diplomatik dari Presiden AS Joe Biden terus mengarah kepada Israel untuk menahan diri dari menyerang fasilitas kesehatan.
BACA JUGA:Menantang Propaganda Israel Secara Akurat dan Adil, Jurnalis Palestina: Kami Tidak Menyerah
Kompleks RS Al-Shifa kini dipenuhi oleh jenazah, berserakan di lorong maupun halaman rumah sakit.
Tanpa pasokan listrik di kamar mayat, memaksa petugas kesehatan mengambil langkah drastis dengan menguburkan 179 korban di kuburan massal.
Di antara mereka, tujuh bayi dan 29 pasien perawatan intensif, tak bisa diselamatkan setelah generator rumah sakit kehabisan bahan bakar.
BACA JUGA:Mau Berhenti Merokok? Lakukan Mulai dari Hal-Hal yang Kecil, Terapkan 5 Cara Ini
Meskipun bau membusuk menyelimuti udara, Israel tetap enggan menghentikan serangannya dengan dalih bahwa kelompok Hamas bersembunyi di dalam kompleks rumah sakit.
Saksi mata melaporkan suasana suram, sementara PBB mengkhawatirkan nasib ribuan individu—pasien, staf medis, dan warga sipil yang tak dapat melarikan diri dari teror serangan yang tak berkesudahan.
Dr. Ahmed El Mokhallalati, yang terlibat dalam perawatan bayi prematur di RS Al-Shifa, melukiskan kondisi yang mengenaskan.
"Bayi-bayi dalam situasi yang sangat buruk di mana Anda perlahan-lahan membunuh mereka kecuali ada yang ikut campur untuk memperbaiki situasi mereka," ucapnya melansir Al Jazeera.
BACA JUGA:Aplikasi Tiba-tiba Keluar Sendiri Pada Android, Ikuti 7 Langkah Ini Cara Mengatasinya
Keadaan ini menimbulkan keprihatinan mendalam atas kesejahteraan dan keselamatan individu yang terjebak dalam krisis kesehatan ini. (Novis)