Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan. Sebagai mata pelajaran yang menitik beratkan perhatian pada ranah jasmani dan psikomotor tetapi tidak mengabaikan ranah kognitif dan afektif, materi penjasorkes, diantara materi yang diajarkan di sekolah tersebut menyangkut semua cabor olahraga mulai dari permainan, atletik, senam, beladiri dan renang. Sekolah merupakan tempat yang potensial untuk mempersiapkan atlet dari usia dini. Pendidikan jasmani dapat menjadi alat pendidikan yang dapat menghasilkan atlet berpotensi dalam menunjuang prestasi olahraga nasional. Guru Olahraga di samping menjadi guru juga bisa menjadi pelatih olahraga, sebagai tenaga professional, mampu menyelengggarakan program ekstrakulikuler sebagai pelatih dan Pembina olahraga di sekolah.
Baca juga : Leluhur Suku Melayu Palembang dan Asal usul Nama Palembang Baca juga : Arsitek Masjid Agung, Mantan Menteri Kerajaan Tiongkok yang Larikan Diri ke PalembangBerbagai kajian seputar manusia akan melandasi pembahasan dan pengkajian secara ilmiah tentang keolahragaan. Pate dkk (1984) mengemukakan bahwa terdapat 3 disiplin keilmuan yang mendasari pelatihan olahraga yaitu: (1) psikologi olahraga (2) biomekanika, (3) fisologi olahraga. Selanjutnya, diuraikan Bompa (1990) bahwa ilmu yang mendukung teori dan metode pelatihan olahraga adalah: (1) anatomi, (2) fisiologi, (3) biomekanika, (4) statistik, (5) tes dan pengukuran, (6) kedokteran olahraga, (7) psikologi, (8) pembelajaran gerak, (9) pedagogi, (10) nutrisi, (11) sejarah, (12) sosiologi. Seorang guru pendidikan jasmani akan lebih mengetahui dan memahami sehubungan dengan calon atletnya yang juga adalah siswanya. Calon atlet yang mengikuti ekstrakurikuler dating dengan berbagai latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda. Berdasarkan kemampuan yang dimiliki calon atlet dan untuk mencapai efektifitas latihan dapat dipedomani, bahwa calon atlet dapat disiapkan menjadi kelompok tahap: pemula, menengah, dan lanjutan (Pate, dkk, 1984). Pada tingkat pemula calon atlet (siswa) berusaha keras untuk memahami teknik yang diperkenalkan, diterangkan, dan diperagakan ia akan berusaha berkonsentrasi untuk mengembangkan imajinasi dan perasaan gerak yang terpadu. Calon atlet tingkat menengah, telah memiliki kemampuan keterampilan tetapi belum begitu baik. Sangat diperlukan frekuensi pengulangan yang lebih, kegiatan latihan yang dominan oleh pencapaian dan pelaksanaan strategi latihan yang efektif. Diperlukan penguasaan keterampilan yang bervariasi. Pada tingkat ini calon atlet memerlukan dukungan dari semua pihak. Sedangkan pada tahap lanjutan, dituntut latihan untuk mengembangkan keterampilan secara konsisten dalam situasi sebenarnya dan beragam. Calon atlet telah memahami dengan keterampilannya sendiri bahkan telah dapat mengoreksi kesalahannya sendiri. Pembina dan pelatih diharapkan membantu seperlunya. Penekanan bagi calon atlet lanjut adalah disiplin diri dan latihan penuh. Tingkat penampilan lebih otomatis, cepat dan mulus. Perhatian pembinaan mulai dapat diarahkan kepada strategi dan masalah lain.
Di samping latihan yang rutin dan mengikuti program latihan yang di berikan oleh guru atau pelatih olahraga sebagai penyeimbang dan sebagai motifasi untuk mengetahui hasil latihan sebaiknya dinas atau induk cabaor di setiap kecamatan atau tingkat kota dan kabupaten yang terkait, secara rutin mengadakan kejuaraan-kejuaraan antar sekolah, kejuaraan yang di selenggarakan oleh DBON yang di lakukan oleh Ikatan Guru Olahraha Nasional, Kejuaraan daerah atau POPDA dan hasilnya dapat di bina untuk lebih tinggi lagi untuk mengikuti kejuaraan yang sifatnya nasional atau POPNAS, selanjutnya Dinas konsekwen memberi pelatihan-pelatihan guru olahraga yang sesuai dengan minat guru itu sehingga guru akan membuat ekstra kurikuler sesuai dengan yang guru minati selanjutnya akan menularkan dan memberi motivasi kepada siswanya.Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 13, Nomor 1, Januari 2017 | 40 Prestasi yang diperoleh seseorang didukung oleh berbagai faktor yang semuanya dilatih dan dibina sebelumnya secara bertahab. Bompa, 1990, menggambarkan hubungan prestasi dengan tahapan pembinaan yang dilakukan sebagai piramida, seorang calon atlet sebaiknya memperoleh pembinaan latihan fisik secara menyeluruh, pengembangan menyeluruh dari kemampuan fisik yang sampai pada tahap terbaik akan sangat mendukung tahap latihan khusus dalam penguasaan teknik secara tuntas. Pendidikan jasmani sebagai salah satu mata ajar di sekolah disamping sebagai alat pendidikan dapat menghasilkan atlet berpotensi dalam menunjang prestasi olahraga nasional. Kepelatihan Olahraga, sebagai tenaga profesional, di samping sebagai guru olahraga juga mampu menyelenggarakan program ekstrakurikuler sebagai pelatih dan pembina olahraga. Dinas Pendidikan kota dan kabupaten harus ikut jeli memilah-milah sekolah yang di tunjuk untuk mengembangkan olahraga tertentu agar prestasi yang di lakukan oleh sekolah sesuai yang di harapkan. (*)
Kategori :