GAZA,SUMATERAEKSPRES.ID- Situasi di Gaza makin terpuruk. Saat korban terus bertambah akibat bombardir Isral, 22 dari 36 rumah sakit (RS) di Jalur Gaza kini sudah tidak bisa beroperasi lagi.
Terakhir, dua RS terbesar kini juga tutup. Yakni, Al Shifa dan Al Quds. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengungkapkan, upaya evakuasi di RS Al Quds telah gagal karena penembakan terus-menerus masih terjadi.
Konvoi evakuasi Bulan Sabit Merah dengan didampingi Komite Palang Merah Internasional yang berangkat dari Khan Younis menuju RS Al Quds terpaksa kembali.
Sebab, kondisi berbahaya di daerah Tal al-Hawa, tempat RS tersebut berada. Padahal, saat ini staf medis, pasien, serta rekan mereka masih terjebak di dalam RS tanpa makanan, air, atau listrik.
BACA JUGA:SEDIH, Korban Meninggal Dunia di Gaza Kini Lebih Dari 11.800 Orang. Ini Rinciannya!
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, situasi di RS Al Shifa mengerikan dan berbahaya.
Tiga perawat tewas sejak Jumat (10/11) di tengah pengeboman serta bentrok antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Hamas di kompleks RS Al Shifa.
’’Dunia tidak bisa berdiam diri, sementara rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman berubah menjadi tempat kematian, kehancuran, dan keputusasaan,’’ tulis Ghebreyesus dalam unggahannya di X.
Direktur RS di Gaza, Mohammed Zaqout mengatakan, sekitar 650 pasien, 500 petugas kesehatan, dan 2.500 pengungsi masih berada di dalam kompleks RS Al Shifa.
BACA JUGA:ALHAMDULILLAH, Bantuan Kemanusian Warga Indonesia Tiba di Palestina. Masuk ke Gaza Lewat Gerbang Ini!
Angka itu lebih rendah dibandingkan akhir pekan lalu yang dilaporkan terdapat 1.500 pasien, 1.500 tenaga medis, dan 7 ribu pengungsi.
Setidaknya, 32 pasien, termasuk 3 bayi prematur, telah meninggal selama tiga hari terakhir akibat keterbatasan peralatan.
Sebanyak 36 bayi prematur lainnya kini dibalut dengan selimut darurat yang mampu memantulkan panas tubuh.
Langkah itu dilakukan karena inkubator sudah tidak berfungsi lagi. Kemungkinan infeksi juga membuat peluang bayi-bayi tersebut tidak selamat kian besar.
BACA JUGA:Pilih Bertahan di Gaza, Begini Nasib 3 Relawan asal Indonesia!
Sejak Jumat (10/11), Kementerian Kesehatan Gaza tidak bisa memperbarui jumlah korban tewas. Petugas medis tidak dapat menjangkau daerah yang terkena pengeboman Israel.
Pertempuran yang begitu intensif tidak memungkinkan ambulans berkeliaran di jalan. Layanan komunikasi yang sering terputus juga menjadi kendala.
Saat ini jumlah korban jiwa akibat serangan Israel sudah lebih dari 11 ribu orang. Sebanyak 4 ribu di antaranya adalah anak-anak.
Dari jumlah korban jiwa tersebut, sebanyak 101 orang merupakan staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
BACA JUGA:Bahas Situasi di Gaza, Presiden Jokowi Kunjungan Kerja Ke Luar Negeri. Kemana Saja? Gak Bahaya Ta…
Kemarin lembaga yang berbasis di New York, AS, itu telah mengibarkan bendera setengah tiang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada para staf yang gugur.
IDF menyebut telah melakukan 4.300 serangan di Jalur Gaza selama kampanye militer melawan Hamas.
Mereka mengklaim telah menyerang sekitar 300 terowongan, ratusan pos peluncuran rudal antitank, dan sekitar 3 ribu lokasi infrastruktur Hamas.
Itu termasuk lebih dari 100 bangunan yang dilengkapi dengan bahan peledak dan ratusan pusat komando serta kendali Hamas.
BACA JUGA:Makin Edan, Israel Hancurkan Rumah Sakit dan Sekolah di Gaza, Korban Tewas Capai 11.078 Orang
Kementerian Telekomunikasi Palestina mengumumkan, semua komunikasi di Gaza akan dihentikan sepenuhnya pada Kamis (16/11) karena kekurangan bahan bakar dan listrik.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengungkapkan, pemadaman telekomunikasi dan koneksi internet yang lebih jauh dan berkepanjangan akan memperdalam krisis kemanusiaan.
Warga Palestina yang putus asa tidak akan bisa meminta layanan darurat, penyelamatan, dan bantuan jika terjadi serangan bom.
Di sisi lain, serangan Hizbullah ke Israel dari sisi Lebanon semakin gencar. Hal ini membuat Israel geram.
BACA JUGA:Ribuan Warga Palestina Kibarkan Bendera Putih, Mengungsi dari Gaza Utara ke Selatan
Negara yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu itu mengancam akan melakukan pembalasan.
’’Hizbullah tengah bermain dengan api. Apa yang kami lakukan di Gaza juga dapat kami lakukan di Beirut (ibu kota Lebanon, Red),’’ kata Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant.
Times of Israel melaporkan, serangan rudal kendali antitank Hizbullah pada Minggu (12/11) lalu melukai setidaknya 14 warga sipil di Dovev (perbatasan Israel-Lebanon).
Seorang di antaranya luka parah. Beberapa korban adalah karyawan Israel Electric Corporation yang bekerja memperbaiki saluran listrik yang rusak akibat serangan Hizbullah sebelumnya.
BACA JUGA:GILA, Menteri Israel Ini Ancam Gunakan Bom Nuklir ke Gaza. Begini Reaksi Arab Saudi!
Sejumlah kendaraan juga rusak parah akibat serangan tersebut. Serangan lainnya membuat tujuh anggota Pasukan Pertahanan Israel (IDF) terluka oleh mortir di dekat komunitas utara Menara.
Tak hanya itu, mortir juga diluncurkan dari Lebanon ke Yir’on. Hizbullah mengklaim semua korban adalah tentara, bukan warga sipil. Namun, IDF membantahnya.
Terpisah, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menegaskan, kelompoknya menggunakan senjata baru. Salah satunya drone penyerang yang dipakai untuk kali pertama dalam sejarah perlawanan di Lebanon.
Selain itu, ada roket Burkan yang memiliki berat antara 300–500 kilogram. PM Lebanon Najib Mikati bahkan memuji Hizbullah atas aksi patriotisme mereka.
BACA JUGA:Terungkap, Ini Rencana Nama Kota Baru Pengganti Gaza yang Bakal Didirikan Israel jika Hamas Hancur. Benarkah?
Mikati mengungkapkan, pihaknya telah menyusun rencana darurat untuk tiga bulan jika terjadi perang besar yang melibatkan Lebanon.
Kepala Juru Bicara Militer Israel Laksamana Daniel Hagari mengungkapkan, tindakan Hizbullah tidak rasional seperti paparan Mikati. Jika memang mereka benar rasional, bukan warga sipil yang diserang.
’’Ini adalah serangan teroris dan tidak rasional yang menargetkan warga sipil dan membahayakan Lebanon sebagai sebuah negara,’’ ujar Hagari. Padahal, pada saat bersamaan, IDF juga menyerang penduduk sipil di Jalur Gaza.
BACA JUGA:9.500 Orang di Gaza Tewas, 3.900 Anak-Anak. Israel Menggila, PBB Where Are U?
Saat ini IDF menyatakan tengah bersiap untuk memberikan pukulan balasan terhadap Hizbullah sebagai respons meningkatnya serangan mereka.
Sementara, sejak baku tembak sebulan lalu, Israel telah menewaskan 71 anggota Hizbullah dan 9 warga sipil. (*)