Minta Kepala Daerah Ekstra Serius, Kendalikan Inflasi, Rutin Cek Suplai-Demand

Senin 13 Nov 2023 - 22:00 WIB
Reporter : Martha
Editor : Edi Sumeks

SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - Gejolak ekonomi global dan pengaruh eksternal bisa ikut berdampak pada pergerakan inflasi atau kenaikan harga barang (bahan pokok) dalam negeri. Karenanya Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian mengingatkan supaya kepala daerah, baik gubernur, bupati, wali kota untuk ekstra serius mengendalikan inflasi di daerah masing-masing. 

“Kondisi ekonomi global yang tak menentu turut memengaruhi situasi dalam negeri terutama inflasi. Beberapa faktor penyebabnya seperti perang Rusia-Ukraina, Israel-Hamas, serta ketegangan politik lainnya,” ungkapnya pada rapat koordinasi pengendalian inflasi secara virtual di Griya Agung, kemarin (13/11). 

Kemudian kenaikan bunga Fed mengakibatkan penguatan dolar dan melemahnya mata uang beberapa negara termasuk Indonesia. Belum lagi masalah domestik dalam negeri mengenai  ketersediaan pasokan di tengah El-Nino hingga kasus kekeringan. 

"Kondisi eksternal dan internal  itu turut memengaruhi suplai dan demand rantai pasokan komoditas," katanya. Laporan BPS, beberapa komoditas kini kekurangan suplai sehingga mengalami kenaikan harga, seperti cabai merah, cabai rawit dan beras. 

“Komoditi beras, walaupun harganya mulai flat namun masih tinggi di atas harga acuan pemerintah. Ini menjadi atensi kita, sehingga beberapa daerah melakukan gerakan tanam di tanah kosong dan menggiatkan lagi petani cabai serta mendorong masyarakat perkotaan menanam cabai secara hidroponik," jelas Mendagri. 

Tito pun mengingatkan bagi daerah-daerah yang Indeks Perkembangan Harga (IPH)-nya tinggi agar memberikan perhatian khusus. Sudah sering ia sampaikan bahwa prinsip utama pengendalian inflasi di daerah seperti arahan Presiden adalah rutin melakukan pemantauan harga dan konsisten mendorong Satgas pengendali inflasi mengecek harga. "Jika ada yang naik signifikan langsung cek suplai-demand-nya, koordinasikan dengan penyuplai masing-masing," ujar Tito. 

Selanjutnya yang perlu diperhatikan masalah distribusi. Jika distribusi mengalami gangguan atau macet bisa dicek apakah ada yang menimbun atau karena faktor cuaca.  "Galakkan gerakan pangan lokal atau diversifikasi pangan. Jangan hanya beras, tapi juga yang lain seperti ubi, ketela dan sorgum," tegasnya. 

Saat ini, lanjut Tito, inflasi Indonesia dibanding global relatif terkendali dengan baik, dimana y-on-y berada di angka 2,56 persen. “Inflasi Indonesia berada di peringkat 141 terendah dari 186 negara di dunia. Tingkat inflasi negara G20 di urutan ke-19 dari 24 negara, sedangkan di ASEAN Indonesia berada di nomor tujuh terendah dari 11 negara” jelas Tito. Tetapi kalau dilihat dari inflasi bulan ke bulan tahun kalender Oktober 2023 terhadap Desember 2022 masih ada kenaikan 1,80 persen, meskipun dalam batas terkendali.

Pj Gubernur Sumsel, Agus Fatoni mengaku pengendalian inflasi menjadi atensinya sejak awal menjabat. Ia telah memerintahkan kepala OPD di lingkungan Pemprov Sumsel melakukan langkah-langkah penanganan strategis. 

Pertama memaksimalkan pengendalian inflasi, terutama jelang akhir tahun anggaran dengan memasifkan gerakan tanam, Gerakan Pangan Murah (GPM), serta memperluas ekspansi Toko Kebutuhan Pokok (Kepo) ke-17 kabupaten/kota di Sumsel. Termasuk memaksimalkan Gerakan Bantuan Pangan dengan memaksimalkan anggaran yang ada. 

"Menjelang akhir tahun anggaran kecenderungan harga mengalami kenaikan. Ini harus kita perhatikan betul. Segera lakukan langkah penanganan strategis, galakkan GPM, dan sediakan anggaran BTT," jelasnya. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumsel, Ricky Perdana Gozali, menjelaskan inflasi umum di Sumsel untuk keseluruhan tahun diperkirakan berada pada kisaran target inflasi nasional sebesar 3,0 kurang lebih 1 persen. 

Plt Kepala Badan Pusat Statistik RI, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan komoditas utama penyebab inflasi bulan Oktober 2023 (m-to-m) relatif lebih tinggi dibandingkan Oktober 2 tahun terakhir, khususnya terjadi pada komoditas beras, cabai rawit, cabai merah, serta gula pasir.

Ia menyebut bahwa beras menjadi penyumbang andil inflasi terbesar, baik secara bulanan, tahunan maupun tahun kalender. “Beras masih tinggi levelnya dan belum menunjukkan penurunan, tetapi sudah menunjukkan harga yang mendatar. Tidak ada tanda-tanda kenaikan tetapi harga flat di level yang masih tinggi,” sebutnya.

Untuk cabai merah masih terdapat tren peningkatan harga, termasuk cabai rawit tren peningkatan harganya relatif tinggi. Sedangkan gula pasir, inflasi m-to-m  mencapai 1,59 persen dan kalau dilihat, jumlah atau level harga gula pasir ini masih dalam tren meningkat. Selanjutnya ia mengungkapkan beberapa komoditas menjadi penyumbang deflasi, yaitu telur ayam ras, ikan, tomat, bawang merah, minyak goreng, bang putih mengalami penurunan harga secara m-to-m.

Kategori :