PALEMBANG - PT PLN (Persero) optimistis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata mampu menjadi etalase percepat- an transisi energi dalam mendukung pencapaian menuju Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060. Sebagai PLTS terbesar di Asia Tenggara dan nomor tiga di dunia, PLTS Cirata mampu mengurangi emisi karbon sebesar 214 ribu ton per tahun.
Direktur Utama PLN Nusantara Power (NP), Rully Firmansyah merinci PLTS Terapung Cirata 193 MWp ini dapat untuk melistriki 50 ribu rumah dengan asumsi per rumah 15 kWh/ hari. Selain itu akan berkontribusi mengurangi emisi karbon 586,3 ton perhari.
“Jadi, dalam setahun akan mengurangi emisi karbon sebesar 214 ribu ton pertahun. Ini merupakan komitmen kami menyalurkan listrik hijau kepada masyarakat secara berkelanjutan,” kata Rully, Minggu (12/11).
PLTS Terapung Cirata menjadi langkah nyata PLN mendukung pemerintah melakukan transisi energi. PLN mengembangkan green enabling transmission line dan smart grid yang merupakan bagian dari skema ARED (Accelerating Renewable Energy Development) di PLTS ini sehingga mampu menyuplai listrik dari sumber EBT yang terpisah dan terisolir menuju pusat demand listrik di perkotaan.
“Listrik dari PLTS Apung Cirata ini adalah 20 kilovolt (kV) yang kemudian kami sambungkan di gardu induk, yang kemudian diubah menjadi 150 kV dan langsung masuk ke transmisi Jawa-Bali. Artinya, ini akan dikonsumsi baik itu oleh rumah tangga maupun oleh industri,” jelasnya.
Diketahui, PLTS Terapung Cirata merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) hasil kolaborasi dua negara yakni Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA), yang melibatkan subholding PLN Nusantara Power dengan Masdar.
Dibangun di atas permukaan air waduk Cirata, PLTS seluas 200 hektare ini mampu memproduksi energi hijau berkapasitas 192 Megawatt peak (MWp) untuk menyu- plai listrik bagi 50 ribu rumah. Secara lokasi, PLTS ini dibangun di atas Waduk Cirata yang berlokasi di tiga Kabupaten Jawa Barat, yakni Purwakarta, Cianjur, dan Bandung Barat. (fad)