https://sumateraekspres.bacakoran.co/

PLN Paparkan Inisiatif dan Strategi Transisi Energi, Dalam Ajang COP29 Azerbaijan

SWASEMBADA ENERGI: Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly saat menjadi pembicara dalam Conference of the Parties (COP29) di Azerbaijan. Sinthya memaparkan komitmen PLN mendukubng swasembada energy. -FOTO: PLN FOR SUMEKS-

BAKU, SUMATERAEKSPRES.ID - PT PLN (Persero) berkomitmen mendukung visi swasembada energi yang dicanangkan pemerintah melalui penggunaan energi bersih.

Dalam Conference of the Parties (COP29) di Azerbaijan, perseroan dipaparkan berbagai inisiatif pendanaan hijau untuk mendukung proyek yang berkaitan dengan transisi energi di Tanah Air. 

Utusan Khusus Presiden Bidang Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Multilateral, Mari Elka Pangestu mengatakan, Pemerintah Indonesia telah menginisiasi Global Blended Finance Alliance (GBFA). Tujuannya merangkul berbagai negara berkembang untuk berkolaborasi dalam pembiayaan transisi energi. 

Sejak diluncurkan di KTT G20, GBFA telah diikuti oleh beberapa negara seperti Perancis, Kanada dan Kenya. "GBFA bertujuan membantu pembiayaan sebagai upaya mengurangi perubahan iklim dan SDGs. Perkiraan (pembiayaan) untuk aksi iklim saja berkisar antara USD 1-2 triliun. Jika ditambahkan upaya SDGs ke dalamnya, jumlahnya akan mencapai sekitar USD 6 triliun," ungkap Mari dalam Indonesian Pavilion Talkshow "Fostering and Enabling Innovative Climate Finance Mechanism" di COP29, Baku, Azerbaijan. 

BACA JUGA:PLN Galang Kolaborasi Global

BACA JUGA:Sekayu Geger! Seorang Pria  Ditembak di Depan Loket PLN, Polisi Lakukan Penyelidikan, Begini Kesaksian Warga!

Dikatakan, negara berkembang termasuk Indonesia harus merancang strategi menyiasati pendanaan tersebut. Berdasarkan perhitungan Kementerian Keuangan, dibutuhkan sekitar USD 280 miliar untuk seluruh aksi iklim Indonesia. Hingga 2030, hanya sekitar 30% bisa didanai anggaran negara, sehingga sisanya akan bersumber dari swasta dan sumber lainnya. ‘’Pak Hashim (Djojohadikusumo) sebelumnya menegaskan pemerintahan baru akan melanjutkan komitmen pemerintahan sebelumnya. GBFA adalah salah satu komitmen yang kami harap dapat dilanjutkan," imbuh Mari. 

Sementara itu Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly mengungkapkan, PLN sebagai tulang punggung kelistrikan di Indonesia secara konsisten menunjukkan komitmennya dalam pengelolaan dana investasi hijau untuk mendukung visi swasembada energi. ‘’PLN terus menggalang pembiayaan hijau dari lembaga publik, bilateral, multilateral hingga swasta,’’ katanya.

Dalam konteks ini, PLN telah merancang beberapa inisiatif pembiayaan hijau, salah satunya melalui penyusunan Sustainable Linked Financing Framework (SLFF) dan Green Financing Framework (GFF). Sinthya memaparkan PLN telah merancang strategi pendanaan proyek energi hijau dalam transisi energi di Tanah Air.

Dikatakan, PLN menargetkan pengembangan pembangkit 75% berbasis energi terbarukan. Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan pendanaan yang diperkirakan mencapai lebih dari USD 100 miliar hingga 2033. ‘’Untuk memperoleh pembiayaan transisi energi, salah satu yang paling utama menurut perspektif PLN menyiapkan proyek yang tepat. Kami punya ratusan daftar proyek mulai dari pembangkitan, transmisi dan distribusi, termasuk juga smart grid," papar Sinthya.

BACA JUGA:PLN Perkuat Infrastruktur Ketenagalistrikan

BACA JUGA:PLN Tingkatkan 75 Persen Energi Terbarukan

Sinthya juga menambahkan PLN akan terus mengeksplorasi berbagai opsi pendanaan, baik melalui kerja sama dengan pemberi pinjaman internasional maupun sumber daya lokal untuk memastikan transisi energi berjalan sesuai rencana. Beberapa partner institusi keuangan yang memberikan dukungan untuk transisi energi PLN di antaranya World Bank, Asian Development Bank (ADB) hingga Just Energy Transition Partnership (JETP). "Dalam dua tahun terakhir, kami telah mendapatkan sekitar US$2,9 miliar, dan saat ini kami sedang berdiskusi dengan ADB untuk pembiayaan sekitar US$4,8 miliar. Kami juga tengah berbicara dengan beberapa investor lain dan total potensi pendanaan yang sudah kami miliki saat ini sebesar US$46,9 miliar,” pungkas Sinthya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan