PRABUMULIH, SUMATERAEKSPRES.ID - Di suatu siang yang cerah di Prabumulih, terdengar getaran gemerincing "kletak kletok" dari alat penenun yang dipergunakan oleh para anggota kelompok tenun serat nanas Riady di Rumah Busana Riady.
Lokasinya terletak di Perum Griya Sejahtera, Jalan Cendrawasih, blok E nomor 20-21, Kelurahan Gunung Ibul, Kecamatan Prabumulih Timur, Kota Prabumulih. Itu adalah Senin (30/10), dan saat itu sudah lewat pukul 13.30 WIB.
Para anggota kelompok tadi baru saja tiba kembali di Rumah Busana Riady setelah menjalani rutinitas harian dan pulang ke rumah masing-masing antara pukul 11.00 WIB - 13.00 WIB.
Mereka menggunakan waktu ini untuk menjemput anak sekolah dan menyiapkan makanan untuk keluarga.
BACA JUGA:Peringati Hari Sumpah Pemuda, Pertamina Hadiahi Pelanggan dengan Bonus BBM Pertamax
BACA JUGA:Ciptakan Bantal Eceng Gondok, Ankubas Binaan CSR Kilang Pertamina Plaju Raih Penghargaan Inovasi
Rita Mulyadi (52), seorang penenun berpengalaman, tampak sangat mahir dalam mengolah serat daun nanas menjadi benang.
Di sela-sela pekerjaannya, ia sesekali membuat benang sutra berwarna ungu menggunakan alat pemintal lain untuk kombinasi kain serat nanas.
Benang yang diolah begitu cepat hingga segera mengisi alat pemintal. Rita adalah ketua kelompok tenun serat nanas Riady dan telah mengabdikan diri selama lebih dari 27 tahun sebagai penenun.
Rita menyatakan bahwa setiap anggota kelompok mampu menghasilkan satu meter kain serat nanas dengan harga antara Rp65 ribu hingga Rp75 ribu per meter.
BACA JUGA:Pertamina Perpanjang Dukungan Konversi BBM ke BBG untuk Nelayan di Palembang
BACA JUGA:Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Berkomitmen Memastikan BBM Subsidi Tersedia untuk Masyarakat
Anggota kelompok ini terdiri sebagian besar dari Ibu Rumah Tangga (IRT) atau emak-emak yang menenun untuk mencari penghasilan tambahan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Rita sering memperbolehkan mereka membawa alat tenun pulang dan hanya mengambil hasil tenunan setelah selesai. Dengan cara ini, mereka bisa mengasuh keluarga dan tetap menghasilkan uang.
Selain memberikan pelatihan keterampilan menenun dan pengolahan serat, Pertamina juga mendukung kelompok ini dengan memberikan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Hasil tenunan mereka sangat diminati, terutama setelah bantuan dari PT Pertamina datang. Rita menyebut bahwa mereka sering kesulitan menghadapi lonjakan pesanan.
BACA JUGA:Gandeng Polsek, Kilang Pertamina Plaju Ukir Senyum Masyarakat
Bisnis penenunan yang dimulai oleh Rita pada tahun 1996, saat ia masih menenun songket, telah berkembang pesat hingga sekarang.
Kelompok ini juga sering berpartisipasi dalam pameran, dan produk-produk mereka digunakan sebagai seragam di Pertamina Hulu Rokan (PHR) zona 4 dan oleh Pemkot Prabumulih.
Tidak hanya Rita, anggota kelompok lain seperti Zulfa (24) dan Syamsiah (39) juga telah merasakan manfaat ekonomi dari menenun benang serat daun nanas menjadi kain.
Mereka menerima gaji sesuai panjang kain yang mereka hasilkan, dan ini sering lebih menguntungkan daripada pekerjaan lain yang mereka lakukan.