BUDAYAWAN Palembang, Vebri Al Lintani, menuturkan Jembatan Ampera bahwasanya dibangun untuk jalan penyeberangan. Lantaran Kota Palembang dipisahkan Sungai Musi, antara Seberang Ulu dan Ilir.
“Sebelum ada Jembatan Ampera, masyarakat harus pakai perahu dan kapal penyeberangan,” katanya, kepada Sumatera Ekspres. Jembatan Ampera merupakan hasil rampasan penjajah dan diresmikan tahun 1965. Menjadi akses jalan menyeberang satu-satunya kala itu.Seiring perkembangan sosial dan zaman, Kota Palembang sudah ramai dengan kemajemukan masyarakatnya. Tidak sedikit, tindak kejahatan seperti penodongan sering terjadi di kawasan Jembatan Ampera. "Tentunya itu menjadi tugas pemerintah dan aparat kepolisian untuk meningkatkan keamanan. Dengan patroli rutin dan menindak tegas pelaku kejahatannya," imbuhnya. Mengenai Jembatan Ampera kemudian sering dijadikan tempat orang untuk bunuh diri atau percobaan bunuh diri, menurut Vebri itu sudah beda persoalan. Tidak ada yang salah dengan keberadaan Jembatan Ampera.
Menurutnya, bunuh diri itu adalah persoalan personal. Kemungkinan itu persoalan psikologi saja. Dengan bunuh diri dari Jembatan Ampera, pastinya mendapatkan perhatian orang banyak. ”Kalau bunuh diri di rumah, beritanya kurang hebat dan tidak mendapatkan perhatian," tukasnya.Motifnya bisa bermacam-macam, masalah pacar, kurang dapat perhatian dari keluarga, atau masalah lainnya. “Pokoknya bunuh diri ini, tak ada hubungan dengan Jembatan Ampera. Kalau dilihat sisi budaya, tak ada hubungannya. Mana ada budaya bunuh diri,” cetusnya. (yud/air)
Kategori :