Pertamina juga menjamin ketersediaan dan kelancaran distribusi LPG melalui program One Village One Outlet (OVOO).
Dengan begitu masyarakat, khususnya nelayan pengguna BBG mudah mendapatkan LPG dimana pun.
Saat ini program OVOO telah menjangkau 8.962 kelurahan/desa atau 98 persen di Sumbagsel, dengan jumlah outlet OVOO atau pangkalan LPG 3 kg mencapai 20.421 unit.
Area Manager Communication, Relation & CSR Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan menyebut program konversi BBG salah satu kebijakan energi nasional dalam rangka mendukung ketahanan energi serta penyediaan energi alternatif yang lebih ramah lingkungan.
“Program ini merupakan amanat Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2019 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga LPG 3 Kg untuk kapal penangkap ikan bagi nelayan sasaran dan mesin pompa air bagi petani sasaran,” ungkapnya.
Kriteria nelayan yang berhak menerima bantuan telah ditetapkan Pemerintah, yaitu pemilik kapal kurang dari 5 gross ton (GT), berbahan bakar kapal bensin, serta memiliki daya mesin 13 HP.
“Semoga adanya konversi ini, nelayan sasaran lebih sukses, membantu ekonomi masyarakat menuju ekonomi mandiri, serta membantu Pemerintah mewujudkan lingkungan yang bersih dan lebih sehat,” terangnya.
Tahun 2023 Pertamina mendistribusikan paket konversi ke wilayah Sumsel dalam 2 tahap. Pertama sudah dibagikan ke nelayan Banyuasin sebanyak 914 paket konversi pada 5-8 Oktober 2023.
“Tahap kedua 148 paket konversi untuk nelayan Palembang, termasuk yang berada di Kelurahan Keramasan, pada 22 Oktober 2023,” lanjut Nikho. Sehingga total sepanjang 2018-2023, Pertamina telah memberikan 1029 paket konkit untuk nelayan sasaran di Palembang.
Sejauh ini konsumsi rata-rata LPG 3 kg sendiri pada bulan Januari-September 2023 di wilayah Sumsel sekitar 762,80 Metrik Ton (MT) per hari.
“Kami berusaha menyalurkan LPG subsidi secara merata ke masyarakat yang berhak, misalnya ke nelayan sasaran di pesisir sungai,” tuturnya.
LPG subsidi didistribusikan dari SPBE/Filling Station ke pangkalan atau sub penyalur LPG di wilayah kabupaten/kota setempat untuk memenuhi kebutuhan rakyat.
Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM RI, Laode Sulaeman mengatakan kesuksesan program konversi tak hanya menjadi tugas Pemerintah, tapi butuh partisipasi dan kerjasama para stakeholders, seperti Pertamina. Mulai dari alokasi/ketersediaan LPG, rantai pasok pendistribusian, hingga jaminan kesinambungan bagi pengguna.
Termasuk keterlibatan Pemda menjamin kelancaran proses pendistribusian paket konkitnya.
Pemerintah akan mendukung seluruh aspek, mulai dari regulasi menjamin alokasi gas bumi untuk bahan baku kilang LPG, mendorong badan usaha agar senantiasa menyediakan dan mendistribusikan LPG 3 kg kepada masyarakat, menetapkan harga LPG yang optimum, menyiapkan porsi subsidi yang tepat sasaran untuk mendukung program konversi. “Apalagi nelayan dan petani telah merasakan manfaatnya langsung, biaya operasional berkurang dan perawatan mesinnya lebih mudah,” ungkapnya. (fad)