EKUADOR, SUMATERAEKSPRES.ID - Daniel Noboa, seorang pengusaha pisang berusia 35 tahun, akan segera mencatatkan namanya dalam sejarah Ekuador sebagai presiden termuda yang pernah memimpin negara tersebut.
Keberhasilannya dalam pemilihan presiden putaran kedua negara tersebut pada hari Minggu telah menjadikannya sebagai sosok terpilih.
Melansir elpais.com, lebih dari 97% suara yang telah dihitung, Daniel Noboa unggul empat poin persentase atas saingannya dari sayap kiri, Luisa González.
González dengan sportif mengakui hasil pemilu dan mengucapkan selamat kepada Noboa atas kemenangannya.
Dalam pidato kemenangannya, Noboa berjanji untuk membawa senyuman dan kedamaian kembali ke Ekuador, sebuah negara yang telah lama berjuang dengan pelemahan ekonomi dan kekerasan yang terus meningkat.
BACA JUGA:Pantas Saja Ferrari 488 Jadi Tunggangan Favorit, Ternyata Ini Fitur-fiturnya
"Besok kita akan mulai bekerja untuk membangun Ekuador yang baru," kata Noboa dengan semangat di atas panggung, ditemani oleh tentara bersenjata penuh, pada Selasa, 17 Oktober 2023.
"Kami akan memperbaiki negara yang telah terhempas oleh kekerasan, korupsi, dan kebencian," tambahnya.
Siapa Sebenarnya Daniel Noboa?
Daniel Noboa adalah seorang lulusan dari Harvard Kennedy School yang berhasil menarik perhatian pemilih muda yang merasa jenuh dengan situasi saat ini di Ekuador.
Ia berasal dari keluarga terpandang di negara tersebut dan merupakan putra serta pewaris dari raja pisang Álvaro Noboa, yang sebelumnya gagal mencapai jabatan presiden sebanyak lima kali.
Meskipun memiliki sedikit pengalaman politik, Noboa tampaknya telah memenangkan hati pemilih dengan janji-janjinya.
BACA JUGA:Fakta Menarik Tungau Demodex, Makhluk Mikroskopis yang Menghuni Wajah Manusia
Para analis mencatat bahwa ia akan menghadapi tugas berat dalam menangani tantangan keamanan di Ekuador, termasuk mengatasi masalah ekonomi yang sulit selama masa jabatannya yang terbatas.
Keadaan di Ekuador sendiri saat ini tidak kondusif. Kampanye pemilu diliputi oleh tingkat kekerasan yang tinggi, bahkan sampai-sampai menyebabkan salah satu kandidat, Fernando Villavicencio, tewas beberapa hari sebelum putaran pertama pemungutan suara pada bulan Agustus tahun lalu.