*Ferda Maw Disha SP, PPEP-PP (Pendamping Penyuluh) Prabumulih
SUMATERAEKSPRES.ID - Menjadi petugas PPEP-PP di Kota Prabumulih, sudah lama dilakoni Ferda Maw Disha.
Tentunya, banyak suka duka yang dialaminya. Bagaimana ceritanya ?
DIAN CAHYANIian Cahyani - Prabumulih
ADA banyak pengalaman berharga yang dialami Ferda Maw Disha selama menjadi menjadi petugas PPEP di kota Prabumulih.
Selain berinteraksi dengan petani, Ferda juga mengaku senang karena bisa mengetahui secara langsung arti dan keadaan petani sesungguhnya.
"Petani di mata saya sangat berharga karena merekalah Indonesia memiliki bahan makanan, pangan dan kebun. Tak salah jika petani disebut sebagai pahlawan pangan," ujar Ferda.
Ada pengalaman unik yang dirasakan saat dia terjun ke lapangan.
Mungkin pengalaman ini juga tak akan terlupakan. Saat ini, groundchek lahan sawah Lebak dirinya justru terjatuh di lumpur.
Bahkan, pernah juga ketika meninjau lokasi kebun nanas, dirinya harus turun naik motor hingga celananya robek. Ini dilakukan karena kondisi jalan yang lumayan sulit diakses.
"Lucu sih, tapi itu momen pengisi cerita saya selama saya menjadi PPEP," sebutnya.
Perempuan berkerudung ini mengatakan, dirinya juga bisa mengetahui bagaimana berinteraksi dengan petani, pihak dinas terkait, dan terpenting dia juga berterima kasih atas program Gubernur Sumsel terkait Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP).
‘’Karena dengan membuat program ini, saya bersama teman-teman yang lain bisa mendapatkan kesempatan emas untuk memulai mendapatkan peluang perjuangan hidup,’’ ujarnya.
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, Ferda memiliki inovasi untuk petani yakni sebisa mungkin mengajak petani menerapkan teknologi pertanian.
Mulai dari diskusi melalui online media sosial, maupun berbagi informasi pengetahuan tentang perkembangan pertanian di Indonesia dari internet, YouTube.
‘’Kami juga berdiskusi menggunakan media grup WhatsApp sesama penyuluh dan anggota kelompok petani membahas tentang pertanian,’’ ujarnya.
Dia mengakui, di kota Prabumulih masih sedikit petani yang menerapkan teknologi pertanian modern.
‘’Inilah yang membuat saya ingin berbagi ilmu pertanian yang baru. Karena ilmu pertanian selalu berkembang dan terus berubah. Saya ingin petani melek teknologi dan informasi,’’ ujarnya.
Dia pun tak menapik, para petani kerap kali menemui keluhan di lapangan. ‘’Keluhan yang sering dialami petani yakni kurangnya modal.
Karenanya saya mengajak petani untuk menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di bidang pertanian dengan bunga yang rendah,’’ katanya.
Saat ini, petani juga sudah mulai menggunakan mesin teknologi pertanian dari bantuan pemerintah atau Kementrian Pertanian Indonesia.
‘’Salah satu contohnya yakni mendapatkan bantuan mesin serat daun nanas," tukasnya. (*)