Fahrurozi, PPL Desa Sungai Rasau Kecamatan Pemulutan, Ogan Ilir
Dari dulu, masyarakat sudah terbiasa panen padi sekali dalam setahun. Tapi sebenarnya ada potensi untuk panen lebih dari sekali dalam setahun. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Sungai Rasau, Pemulutan, Ogan Ilir, Fahrurozi mengubah mindset masyarakat untuk bisa panen lebih dari sekali dalam setahun. Bagaimana ceritanya? ANDIKA - Ogan Ilir MAYORITAS daerah rawa, membuat wilayah di seputar Desa Sungai Rasau Kecamatan Pemulutan, Ogan Ilir memungkinkan dalam bertanam padi. Setidaknya kisaran 250 hektare lahan rawa lebak di desa ini menjadi area produktif bsawah setiap tahunnya. Fahrurzai sudah dua tahun menjadi PPL di Desa Sungai Rasau. ‘’Sebelumnya masih di Kecamatan Pemulutan, saya di Desa Tanjung Pasir 5 tahun. Selain itu dulu juga pernah di KTM Rambutan, Muara Kuang dan Pemulutan Barat," ujarnya yang sudah 12 tahun jadi PPL. Keseriusannya untuk mengajak petani maju telah terlihat dari Desa Tanjung Pasir yang dulu jadi daerah binaannya. Setidaknya 80 persen petaninya sudah mulai menerapkan panen padi lebih dari satu kali dalam setahun. Bahkan diperkirakan untuk se-Kabupaten Ogan Ilir, saat itu indeksnya paling tinggi. Menurut pria yang akrab disapa Ozi ini, keberhasilan petani di Desa Tanjung Pasi juga ingin ditularkannya di Desa Sungai Rasau."Setelah di Tanjung Pasir Bagus, rencananya akan kita terapkan juga di Desa Sungai Rasau ini. Namun, terkendala dalam 2 tahun ini cuaca cenderung kemarau basah. Sehingga lahan lebih banyak terendam, jadi tidak bisa ditanam lebih dari sekali," terangnya.Berdasarkan pengalamannya, bulan basah lebih banyak merendam lahan padi dibanding bulan kering. Biasanya bulan 10 sampai 4 adalah bulan basah yang didominasi hujan. Sedangkan bulan kering rata-rata dimulai sejak bulan 5 sampai bulan 9. Dikatakannya, tetapi untuk tahun ini berbeda. Karena diprediksi tahun ini musim elnino atau kemarau kering.
"Ada peluang kalau el Nino, berarti kita bisa tanam 2 kali. Tapi memang ada kendala lagi, karena musim kering artinya petani butuh modal untuk membuat sumur. Sebagai sumber air saat menghadapi kekeringan," sambungnya.Meskipun begitu, bukan berarti petani tidak. mampu. Namun kendala utama bagi penyuluh mewujudkan panen lebih dari sekali ini adalah merubah kebiasaan petaninya. "Merubah kebiasaan itu sulit, itulah tantangan terberat bagi penyuluh adalah merubah prilaku petani," sebut Ozi. Kini baru sekitar 5 hektare lahan yang menerapkan sistem panen padi 2 kali dalam setahun. Jika bukan kendala cuaca, petani desa Sungai Rasau sebenarnya sudah sangat ingin menerapkannya. Potensi hasil di musim pertama bisa mencapai 8 ton dan panen kedua 4 ton. Cara yang dilakukan PPL satu ini adalah awalnya melakukan pendekatan kepada kelompok masyarakat. Petani ini semakin sering didekati maka akan semakin akrab.
‘’Kalau sudah akrab, mereka semakin mudah menerima omongan kita. Kalau mereka sudah merasa dekat, mereka ada masalah apa pasti tidak segan bertanya,’’ katanya.Sekarang, lanjutnya, sudah banyak melek teknologi. ‘’Jadi saya buat grup WA yang anggotanya para petani. Jadi kalau ada masalah, bisa dipoto dan kami selesaikan bersama-sama. Kalau misal kami belum terlalu paham, kami meminta bantuan dari dinas provinsi," ujarnya yang menyebutkan adanya grup bagi petani, memungkinkan lebih mudah sharing soal tanam padinya sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat. (*)
Kategori :