PALEMBANG - Rencana pemberlakuan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) atau Pengelolaan Perkebunan Sawit Berkelanjutan di tahun 2025 disambut antusias. Tak cuma perusahaan juga para pekebun mandiri, meski mereka diberi kelonggaran penerapan ISPO.
"Dengan ISPO, baik perusahaan perkebunan sawit maupun pekebun sawit mandiri bisa mengetahui seluk beluk pengelolaan kebun sawit yang benar. Termasuk poin-poin apa saja yang harus diketahui," ungkap Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Sumsel, Ir H Agus Darwa MSi saat membuka kegiatan pelatihan ISPO bagi pekebun sawit di Hotel Emilia, kemarin (19/6).Menurut Agus, secara umum ISPO dapat diartikan sebagai pengelolaan perkebunan sawit berkelanjutan. Diharapkan dengan sistem yang sesuai aturan bisa dikelola lebih baik lagi. Hal lain, Agus juga menyampaikan pelatihan ini sekaligus menepis beragam isu dunia persawitan yang lebih banyak tidak benar. Seperti isu terkait tanaman sawit yang banyak menyedot air.
Faktanya tidak begitu, karena tidak semua tanaman sawit memerlukan banyak air. "Sawit ini juga unik karena dapat tumbuh di sembarang tempat, termasuk di lahan gambut dengan dibuatkan kanal atau saluran drainase guna mengalirkan air," papar Agus.Pelatihan ini sendiri diikuti 30 peserta yang merupakan pekebun sawit dari Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).Penyelenggaranya PT Sumberdaya Indonesia Berjaya (SIB), hasil kerjasama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Kementan RI. Direktur Utama (Dirut) PT SIB, Andi Yusuf Akbar, menyampaikan pelatihan ISPO ini berlangsung enam hari, 19-24 Juni 2023 dengan materi pelatihan mengenai teknis pelaksanaan ISPO. "Di Permentan ISPO memang belum disebutkan secara eksplisit diwajibkan ke perusahaan. Tapi diharapkan dengan pelatihan ini para pekebun menjadi tahu dan memahami apa itu ISPO,” sebut Andi. (kms/fad)
Kategori :