Kisah Haru Bilal bin Rabbah: Menolak Mengumandangkan Adzan Usai Wafatnya Rasulullah

Ilustrasi adzan-Foto: freepik-

PALEMBANG,SUMATERAEKSPRES.ID - Bilal bin Rabbah merupakan salah satu sosok Muslim sahabat Rasulullah SAW, yang sudah tak asing di dengar di telinga umat muslim. Dialah orang yang menjadi muadzin pertama bagi Umat Islam.

Beliau telah lebih dahulu mengikuti seruan Rasulullah SAW yang membawa agama Islam, yang menyeru untuk beribadah kepada Allah yang Esa.

Meninggalkan kebiasaan jahiliah menyembah patung atau berhala, menggalakkan persamaan antara sesama manusia, memerintahkan kepada akhlak yang mulia. 

Setelah Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin hijrah ke Madinah dan menetap disana, Rasulullah SAW menunjuk Bilal untuk menjadi muadzin pertama. Selain itu, bilal juga ditugaskan untuk selalu menadampingi Rasulullah SAW dalam setiap peperangan.

BACA JUGA:Sanad Keilmuan Bersambung dari Rasulullah, Jaminan Metode Ummi Ajarkan Alquran

Sejak Rasulullah wafat, Bilal memutuskan untuk tidak lagi mengumandangkan Adzan di puncak Masjid Nabawi di Madinah. Bahkan permohonan Khalifah Abu Bakar, yang menyuruhnya untuk menjadi muadzin tidak bisa ia lakukan.

Dengan rasa sedih, Bilal berkata, “izinkan aku hanya sebagai muadzin Rasulullah saja. Sekarang Rasulullah sudah wafat, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.”

Setelah itu, Khalifah Abu Bakar tidak lagi meminta bilal untuk mengumandangkan adzan karena bisa merasakan kesedihan Bilal kehilangan Rasulullah Saw.

Kisah kesedihan Bilal bin Rabah setelah wafatnya Rasulullah Muhammad SAW memang menggetarkan hati. Bilal, yang dikenal karena adzannya yang merdu, merasa kehilangan yang mendalam. 

BACA JUGA:Sejarah Keagungan Masjid Quba: Tempat Ibadah Pertama yang Dibangun oleh Rasulullah SAW, Ini Pesonanya!

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Bilal merasa kekosongan yang sulit diisi. Ia merindukan momen-momen di mana dapat melihat wajah Nabi, mendengarkan nasihat-nasihatnya, dan merasakan kehadirannya yang penuh kedamaian. 

Ketika mengumandangkan adzan, Bilal tidak lagi mengucapkan kalimat “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah” dengan suara yang sama seperti sebelumnya. Kesedihan karena ingat kepada Rasulullah SAW membuatnya terisak dan tak mampu melanjutkan panggilan mulia tersebut.

Pada suatu hari, Bilal memutuskan untuk meninggalkan Madinah dan bergabung dengan pasukan Fath Islamy yang hijrah ke negeri Syam. Ia menetap di Kota Homs, Syria. Namun, rindu kepada Rasulullah tetap membakar dalam hatinya.

Sekian lamanya Bilal tak datang ke Madinah, tibalah pada suatu malam, Rasulullah Muhammad SAW hadir dalam mimpinya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan