https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Beli Sampah Anorganik, Produksi Kerajinan Omzet Jutaan

*Bank Sampah Kenanga di RT 11, Kelurahan 19 Ilir, Bukit Kecil, Palembang

Saat sebagian masyarakat membuang sampah anorganik karena menganggapnya sebagai limbah, tidak demikian dengan Nyimas Eli Agustina. Warga RT 11, Kelurahan 19 Ilir Kecamatan Bukit Kecil, Palembang, ini justru mengolahnya jadi barang-barang berguna.

YUDI – PALEMBANG

Bank Sampah Kenanga, didirikan sejak Maret 2022. Eli lah yang mempelopori pendiriannya. Masyarakat sekitar pun dilibatkan. Sampah-sampah anorganik dari tiap rumah dibeli dan ditampung di sana.

Saat ini sudah ada 90 nasabah. Yang secara rutin menyuplai sampah anorganik setiap minggunya. Meliputi botol plastik bekas air minum atau minuman ringan, kaleng, koran, ember, kardus, kaleng susu, kaleng dan lainnya.

"Sekitar 50 kg sampah plastik bisa terkumpul di bank sampah ini setiap minggu," kata Cek Eli, begitu dia akrab disapa. Untuk memotivasi warga, Bank Sampah Kenanga ini punya slogan “Ayo Nabung Sampah. Payo Kito Bayar IPAL dengan Sampah. Sampah Sahabat Kito Galo”.

Sampah-sampah itu kemudian diolah Cek Eli menjadi berbagai kerajinan tangan. Kembali punya nilai ekonomi yang tinggi. Tentu saja dia tidak sendiri dalam melakukan itu. Tapi dibantu lima orang yang terampil. Banyak barang yang  telah diproduksi. Ada gantungan kunci, sandal, perhiasan kalung, jam dinding, keranjang, tempat minum, tempat pena, sarung bantal dan masih banyak lainnya.

" Barang dari olahan sampah anorganik ini dijual mulai Rp7.500 hingga Rp200 ribuan," kata Cek Eli. Dia mengembangkan kreativitasnya sejak tinggal di Jakarta. "Kita fokus pembuatan barang dari bahan koran, karung goni serta sisa potongan kain," tuturnya.

Istri RM Andi ini menambahkan, banyak sudah barang-barang yang diproduksi dari bahan kertas koran. Proses pembuatannya, koran dipotong, lalu  dilinting panjang.  Kemudian dibentuk menjadi berbagai barang seperti jam dinding, tempat pena, keranjang, nampan serta kalung. Untuk merekatkannya dengan lem.

Setelah dilem dan dijemur di bawah terik matahari selama satu hari. "Kalau cuaca mendung, kita pakai kipas angin," ucap perempuan yang menyandang gelar sarjana ekonomi itu. Setelah lem kering, baru dicat. Untuk pembuatan setidaknya butuh waktu dua hari.

Kebanyakan barang kerajinan yang dihasilkan dibeli masyarakat Palembang. Ada juga yang disukai wisatawan luar negeri yang membelinya sebagai oleh-oleh.  "Untuk omzet kerajinan dari bank sampah ini sekarang tembus jutaan rupiah tiap bulan," tutur Cek Eli.

Lewat usaha ini, dia berusaha membantu pemerintah mewujudkan ekowisata di kawasan Kelurahan 19 Ilir. Menciptakan lingkungan yang bersih dari sampah anorganik. Meski berstatus ibu rumah tangga, tapi lewat usaha bank sampah dan pembuatan berbagai barang kerajinan ini, dia mendapatkan penghasilan tambahan bagi keluarga.

Ketua pengelola Bank Sampah Kenanga, Warda, mengatakan, warga sangat antusias mengumpulkan sampah anorganik. Pasalnya, sampah yang dkumpulkan, dijual dan warga mendapatkan uang.

Untuk koran dihargai Rp10 ribu/kg. botol plastik bekas minum Rp1.000-2.000/kg, kaleng susu Rp2.500/kg serta duplek (korak susu) Rp400/kg dan kardus dihargai Rp1.200/kg. "Dengan adanya bank sampah ini, warga juga mendapatkan penghasilan tambahan," tukasnya. (*/) Vebri Al Lintani

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan