Pengaruhi Kesehatan Anak saat Dewasa
Dari sisi kesehatan, 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) menjadi sangat penting dalam tumbung kembang anak. Terhitung dari janin dalam kandungan (270 hari) hingga anak berusia dua tahun.
Anak alami stunting karena kekurangan gizi kronis. Salah satu dampaknya, membuat tinggi badan anak lebih pendek dari tinggi badan anak seusianya. Hal itu disampaikan Ahli Gizi Klinik RS Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, Yenita DCN MPH RD.
Menurutnya, kondisi ini bersifat permanen dan sulit untuk diperbaiki. Masalah ini bisa terjadi karena beberapa faktor. “Misalnya gizi buruk dialami ibu hamil dan anak balita, kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan,” jelas dia, belum lama ini. Kemudian, terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan post natal (setelah melahirkan). Juga kurangnya akses air bersih dan sanitasi, serta kurangnya akses makanan bergizi karena ketidakmampuan biaya. BACA JUGA : Keroyokan, Sumsel Berhasil
Stunting akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan pada saat dewasa. Menurut Yenita, tanda-tanda anak mengalami stunting bisa dilihat dari tinggi badannya. “Proporsi tubuhnya cenderung normal, tapi anak stunting tampak lebih muda/kecil untuk usianya,” jelas dia. Berat badan rendah dan tidak naik, bahkan cenderung menurun. Pertumbuhan tulang tertunda. Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan), hingga anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
“Stunting bisa memberikan dampak buruk bagi anak. Secara jangka pendek terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan metabolisme,” imbuhnya. Secara jangka panjang, stunting yang tak segera ditangani akan menurunkan kemampuan kognitif otak, kekebalan tubuh melemah sehingga anak mudah sakit. Mereka akan memiliki risiko tinggi terkena penyakit metabolik seperti kegemukan, penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah.