Awas, Gangguan mental pasca-Pemilu Dapat Memperparah kondisi penderita komorbid
Dr Ashwin SpKJ mengatakan isu kecurangan pemilu bisa picu gangguan jiwa --antara
SUMATERAEKSPRES.ID - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dr. Ashwin Kandouw, Sp.KJ mengatakan, gangguan mental pascapemilu bisa memperparah kondisi seseorang atau masyarakat yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
“Iya, stres sekarang diyakini punya peran besar terhadap komorbid. Antara lain seperti jantung, stroke,” kata Ashwin melalui webinar yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa 13 Februari 2024 melansir antara.
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut menyebut, selain pola hidup yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, stres menjadi salah satu dari sekian banyak faktor karena dampaknya yang langsung mengenai bagian komorbid terkait.
BACA JUGA:RSMH Sediakan Layanan Gangguan Jiwa bagi Caleg Gagal
BACA JUGA:Penting, Minum Obat Berkelanjutan bagi Penderita Gangguan Jiwa
Contohnya pada penderita penyakit jantung atau stroke, stres dapat memengaruhi kondisi gangguan pada pembuluh darah.
Stres juga bisa mempengaruhi kadar asam lambung seseorang dan memengaruhi kinerja lambung.
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) itu juga menyampaikan, stres akan memengaruhi kondisi metabolik penderita diabetes.
Karenanya, Ashwin menyarankan kepada seluruh masyarakat untuk menikmati pesta demokrasi dengan cara yang menyenangkan dan berlapang dada jika calon yang terpilih tidak sesuai harapannya, untuk menghindari stres.
BACA JUGA:Olla Ramlan Akhirnya Buka Suara Terkait Penyakit Yang Dideritanya
BACA JUGA:Olla Ramlan Minta Bantuan, Off Dari Pekerjaan
Bila seseorang merasa mulai mengalami tanda-tanda stres, Ashwin menganjurkan untuk tidak terlalu banyak bermain media sosial, menekuni hobi yang disukai hingga jalan-jalan untuk mengistirahatkan pikiran sejenak.
Sebaliknya, jika yang terkena gejala gangguan jiwa adalah orang terdekat, dia meminta setiap pihak untuk tidak langsung memberikan tuduhan agar tidak muncul perilaku self-defense (pertahanan diri) dari penderita.
Kata dia, akan lebih efektif bila keluarga membantu penderita stres memahami penyebab terjadinya gejala dan memberikan saran seperti mengatur waktu kunjungan kepada ahli yang berkompeten untuk mendapatkan tatalaksana sesegera mungkin bila diperlukan.