CIMB Niaga Dampingi Wirausaha Sosial, Berdayakan Penyandang Disabilitas Mental

PAMERAN : Khomsin (duduk) bersama timnya saat pameran produk kaos Arthup di Kantor Desa Bacem. Gambar sablon baju kaos diambil dari gambar-gambar yang dihasilkan penyandang disabilitas mental yang ia bina. Foto : Khomsin for Sumateraekspres.id--

SUMATERAEKSPRES.ID – Kamis (9/11) sore Khomsin punya jadwal berkunjung ke rumah Muhaimin (44), penyandang disabilitas mental warga Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Sepulang mengajar di salah satu TK/PAUD, ia langsung menyiapkan semua peralatan menggambar seperti pensil warna, crayon, spidol, dan kertas A3.

Dari rumahnya di Desa Candirejo, jaraknya tak terlalu jauh sekitar 5,3 km atau 12 menit perjalanan mengendarai motor. Khomsin punya misi sosial menemani ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) itu supaya ia punya emosi lebih baik. “Ayo Pak kita dolan (jalan-jalan, red),” ajak Khomsin setiba di rumahnya.

Muhaimin mengangguk, lalu keduanya menuju kali (sungai) yang berada di desa setempat. “Dia hobi memancing, tapi tadi alat pancingnya hilang jadi ke pinggir kali cuma sambil menggambar saja,” ungkap pria asli Cilacap, Jawa Tengah ini.

Selama ini Muhaimin tinggal berdua dengan kakaknya, namun kakaknya sibuk berdagang setiap hari, sehingga ia sering sendiri di rumah. Karenanya Khomsin hadir menemaninya, minimal ODGJ tersebut punya kegiatan dan teman ngobrol. “Tadi ia menggambar ikan karena ia suka memancing,” lanjutnya.


MENGGAMBAR : Khomsin menemani Muhaimin menggambar di pinggir sungai. Foto : Khomsin for Sumateraekspres.id--

Pemenang program Community Link #JadiNyata CIMB Niaga 2022 ini menyebut Muhaimin salah satu di antara 17 orang penyandang disabilitas mental yang ia berdayakan melalui program menggambar. Semua ODGJ itu berada di Desa Bacem. “Setiap hari saya bergiliran ke rumah mereka. Temanya saya bebaskan, walau hanya sebuah goresan yang penting mereka refreshing. Gambar itu biasanya wujud curahan hati,” imbuhnya.

Lokasinya tak monoton, tak melulu harus di rumah, tergantung maunya dimana. “Dalam pemberdayaan saya pakai metode pendekatan teman, tidak formal banget. Saya cek dulu kondisinya, saya ajak ngobrol. Saya tanya kabar, kalau mood-nya lagi bagus baru diajak gambar. Jika kurang bagus misalnya sedang marah-marah ya tidak,” tuturnya. Susah juga pas sakitnya kambuh, sebab rata-rata ODGJ itu belum sembuh total dan masih minum obat.

Khomsin menggunakan media gambar lantaran bisa jadi salah satu terapi. “Dengan keadaan mental yang kurang baik, minimal menggambar mereka ceria terbukti setelah itu mereka senang,” sebutnya. Program ini juga sesuai pendidikan Khomsin yang merupakan lulusan Institut Seni Indonesia Surakarta jurusan Desain Komunikasi Visual.

Ia tergerak hatinya memberdayakan disabilitas mental walau tanpa dibayar sepeser pun. Ia melihat selama ini ODGJ sering kali dikucilkan, dipasung, bahkan dikurung keluarganya sendiri. “Dengan begini mereka punya aktivitas positif, selain sarana terapi buat bahagia. Ketika memendam masalah bisa dituangkan dengan coret-coret,” ujarnya. Sekarang setelah program ini masuk unit usaha Arthup yang ia rintis bisa jadi penghasilan bagi ODGJ.

Diceritakan, program social preneur (wirausaha sosial) ini bermula dari tugas akhir kuliah tahun 2018. “Waktu itu tema yang saya angkat kampanye peduli ODGJ. Saya mengajak para disabilitas mental di Desa Bacem untuk berkarya. Kampanye ini demi melawan stigma ODJG dianggap sepele dan diskriminasi. Buktinya mereka juga bisa loh punya karya,” lanjutnya.

Ia bekerjasama dengan Posyandu Jiwa Desa Bacem untuk pendataan. “Posyandu Jiwa fokusnya kesehatan saja. Sebulan sekali para ODGJ dikumpulkan, dicek darah, dikasih obat. Pemberdayaan lain, anggaran Pemdes terbatas jadi saya masuk memberikan terapi dari sisi berbeda. Sambutan keluarga mereka luar biasa,” tuturnya.

Dulu awal-awal ada 30-40 orang disabilitas mental yang diterapi, usianya 17-67 tahun. Sekarang jumlahnya berkurang karena sebagian sembuh. “Saya tidak bisa bilang setelah ikut program ini mereka ada perubahan (sembuh, red), karena itu bukan bidang saya, itu medis. Namun yang jelas ekspresi mereka lebih baik,” imbuh Khomsin.

Dari hasil corat-coret, Khomsin membikinkan poster gambar dan poster stop pemasungan-pengurungan ODGJ. “Saya memamerkan dan mengampanyekannya di kampus, di galeri nasional, dan sebagainya,” ujarnya. Belakangan setelah lulus, ia terinspirasi mendirikan usaha dimana hasil gambar ODGJ tak hanya dibikinkan poster untuk campaign, juga disulap menjadi merchandise berupa kaos dan totebag.

Namanya usaha rintisan, modalnya terbatas pakai dana pribadi, belum ada alat produksi, mesin press sablon sendiri. “Produksi kaos masih meminta jasa orang lain seperti tukang sablon,” tuturnya. Namun tahun ke tahun Arthup berkembang, terutama setelah PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) masuk memberikan pembinaan dan pendampingan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan