Petir 2 Kali Menggelegar, Petani Shock Meninggal Dunia, Gubuk Sawah Terbakar
BERCERITA: Parsiah (dua kanan), menceritakan apa yang dialami suaminya, Syamsul Bahri. Peristiwa itu terjadi depan mata dan kepala Parsiah, karena mereka sedang berdua berteduh di gubuk sawahnya. -FOTO: GITE/SUMEKS-
Shock, Serangan Jantung Mendadak
MUARA ENIM – Cuaca ekstrem yang terjadi Minggu (5/11), sekitar pukul 15.00 WIB, menimbulkan duka. Pensiunan PNS yang kini bertani, Syamsul Bahri (66), meninggal dunia terkejut mendengar suara petir menggelegar. Apalagi menyambar gubuknya hingga terbakar.
Peristiwa itu terjadi di depan istrinya, Parsiah (58), hingga membuatnya tak kalah shock. Kejadiannya di areal sawah mereka, Kampung I, Desa Tanjung Raman, Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Muara Enim.
BACA JUGA:Innalillahi, Kaget Dengar Gelegar Suara Petir, Pria 66 tahun Meninggal Dunia
Parsiah bercerita, dia memang sering menemani suaminya pergi ke sawah. "Sekarang ’kan belum musim tanam. Ke sawahnya paling bersih-bersih, termasuk membersihkan 3 pohon sawit yang ada di lahan sawah," tutur Parsiah, warga Kampung III, Desa Tanjung Raman, kemarin.
Namun hari itu, memang tidak seperti biasanya. Mengajak pergi lebih cepat, dan pulangnya lebih lama. Hari itu, suaminya mengajak pagi sekali pergi ke sawah. Sejak subuh sudah siap-siap. “Jam setengah tujuh itu (06.30 WIB) kami sudah di sawah,” kenang Parsiah.
BACA JUGA:Curi Kabel Penangkal Petir di Atap Gedung FT Unsri, Oknum Satpam Ini Tak Bisa Kabur Lagi
Pulangnya habis Asar juga, padahal cuma bersih-bersih. Lain halnya kalau sedang masa musim tanam, sudah biasa pulang sore habis Asar. “Tapi kalau cuma bersih-bersih, biasanya habis Zuhur sudah pulang,” tambahnya.
Kemarin saat kejadian, Parsiah sudah mengajak pulang suaminya sekitar pukul 15.00 WIB. Karena kondisi cuaca sudah mulai mendung. “Saat itu angin kencang sudah terasa. Tapi suami mau menyelesaikan azan Asar dulu, baru pulang,” tuturnya.
Cuaca semakin buruk, tiba-tiba terdengar dua kali suara petir menggelegar. Suaminya kaget dan meninggal dunia saat petir yang ke-2. “Suami memang memiliki penyakit jantung, sudah pasang 2 ring di jantungnya," ungkap Parsiah.
Petir juga menimbulkan percikan api, membakar atap gubuk sawah. Parsiah bertambah shock dan panik. Satu sisi suaminya meninggal dunia, sisi lainnya atap gubuk terbakar. “Saya berusaha menariknya keluar supaya tidak ikut terbakar dalam gubuk. Sampai terjatuh dan keseleo, badan sudah penuh darah juga,” ucap Parsiah.
Saat itu, Parsiah sudah berteriak minta tolong. Berharap ada yang mendengar dan membantunya. Namun memang saat itu kondisi sudah sepi. Beruntung tak lama ada warga yang melintas, bantu mengeluarkan korban dari gubuk.
"Kalau tidak ada yang menolong, sudah habis terbakar. Itu cuma kaki yang tidak terbakar," ungkapnya. Sehingga pada kesempatan kemarin, Parsiah juga sekaligus meluruskan kabar yang beredar kalau suaminya meninggal dunia akibat tersambar petir.
“Yang benar, sudah meninggal sebelum gubuk terbakar. Serangan jantung terkejut dengan dua kali suara petir. Ini musibah. Paginya sehat, tiba-tiba (sorenya) begini," tutur Parsiah. Kaki Parsiah sendiri, masih sakit akibat keseleo saat berusaha mengeluarkan jenazah suaminya dari gubuk yang terbakar.