Waspadai Risiko Kematian Bayi akibat ISPA

*Imbau Anak TK Sekolah dari Rumah

PALEMBANG - Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di bulan Juli 2023 tercatat ada 9.762 kasus dari semua kelompok umur. Namun memasuki Agustus 2023, jumlah penderita ISPA menjadi 10.138 kasus. Yang paling terdampak adalah kelompok usia 1-5 tahun. Mirisnya, terbanyak ISPA ini menyerang usia di bawah 1 tahun. Berdasarkan data Dinkes Kota Palembang, ada 495 kasus ISPA di bulan Juli pada kelompok usia di bawah satu tahun. Sedangkan Agustus jumlahnya menjadi 793. Dan kelompok umur 1-5 tahun di bulan Juli dari 2.035 kasus di Agustus menjadi 2.367 kasus.
“Jadi kalau kita bandingkan trennya sudah mulai meningkat,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinas Kesehatan Kota Palembang Yudhi Setiawan kepada awak media, kemarin (6/9).
Lebih lanjut ia mengatakan untuk usia di atas 5 tahun kasus ISPA terdata 7.233 di bulan Juli namun pada Agustus ada 648. “Justru tidak mengalami peningkatan. Meski secara riil di lapangan tentu banyak juga kasus ISPA di atas usia 5 tahun tetapi karena mereka lebih kuat daya tahan tubuhnya sehingga mereka tidak terlalu terburu-buru datang ke fasilitas kesehatan,” kata Yudhi. Ditanya apakah meningkatnya kasus ISPA ini ada hubungannya dengan kondisi udara Kota Palembang saat ini? Yudi mengatakan, pastinya penurunan kualitas udara ini dipengaruhi adanya kebakaran hutan dan lahan. Tentunya partikel-partikel udara ini masuk ke saluran napas. Jadi, kalau masuk ke saluran napas akan menimbulkan alergi, timbul batuk, ataupun cairan atau sekresi dan cairan yang lebih banyak. “Dengan adanya cairan yang lebih banyak tentunya akan menjadi tempat bersarangnya bakteri dan virus. Nah itulah selalu mengapa saat terjadi karhutla akan diikuti oleh kenaikan kasus ISPA,” tegasnya. Masih kata Yudhi, risiko kematian yang harus diwaspadai pada kelompok umur 1-5 tahun atau tepatnya di bawah 1 tahun. Karena saat batuk itu bayi bisa timbul sesak.
“Kalau sudah timbul sesak napas pada bayi jangan ditunda-tunda lagi harus datang ke fasilitas kesehatan terdekat,” sarannya.
Yudhi menerangkan, ciri-ciri awal ISPA pasti ada gangguan pernapasan seperti hidung tersumbat, flu, batuk, demam, sakit kepala. Jika keadaan ini semakin lama semakin memberat misal sesak napas atau sakit kepala semakin memberat maka harus segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat. Pihaknya juga telah menyurati puskesmas yang ada di Kota Palembang. Dan puskesmas juga sudah diimbau untuk meneruskan informasi ke pihak sekolah. Sehingga pihak sekolah juga bisa melakukan tindakan preventif seperti meminta siswa memakai masker dan mengurangi aktivitas di luar ruangan. Yudhi mengimbau warga Palembang untuk tetap menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit. Antara lain dengan mengusahakan memakai masker mengingat kualitas udara di Kota Palembang semakin memburuk. Segera ke fasilitas kesehatan bila kesehatan terdampak kualitas udara yang memburuk.
“Dan tetap meningkatkan imunitas badan antara lain dengan banyak minum air putih, cukup istirahat, menjaga pola makan dengan gizi seimbang dan melakukan PHBS (Pola hidup bersih dan sehat), serta segera datang ke fasilitas kesehatan jika ISPA semakin memberat,” paparnya.
Terpisah, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Selatan, Hj. RA Anita Noeringhati, SH, MH, mengusulkan solusi yakni agar Dinas Pendidikan dapat mengizinkan anak-anak TK untuk bersekolah dari rumah. Hal ini akibat Intensitas Pencemaran Udara (IPU) di kota Palembang kian meresahkan, dengan tingginya polusi udara yang disebabkan oleh pembakaran sampah dan faktor-faktor lainnya. Asap tebal menggantung di udara, membuat kualitas udara semakin buruk, dan meningkatkan risiko terhadap gangguan kesehatan, terutama penyakit saluran pernapasan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
"Kita lihat saat ini polusi udara sudah semakin parah. Asap di mana-mana, kita harapkan kepada Dinas Pendidikan agar anak-anak TK dapat bersekolah dari rumah," ujar Hj. RA Anita Noeringhati.
Dengan mengizinkan anak-anak bersekolah dari rumah, diharapkan mereka dapat terhindar dari paparan udara yang berbahaya, dan risiko terkena ISPA bisa diminimalkan. Anak-anak balita dikenal lebih rentan terhadap penyakit-penyakit pernapasan, sehingga langkah ini dianggap sebagai bentuk perlindungan terhadap generasi muda. Namun, ide ini juga mendapat sejumlah tanggapan pro dan kontra dari berbagai pihak. Seiring dengan usulan ini, Hj. RA Anita Noeringhati juga mengimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan mereka sendiri. Apabila terpaksa harus beraktivitas di luar rumah, dia menyarankan agar masyarakat menggunakan masker sebagai langkah pengamanan diri. Meskipun ide untuk mengizinkan anak-anak TK bersekolah dari rumah ini bisa menjadi solusi sementara untuk mengatasi masalah IPU di Palembang, namun tetap diperlukan koordinasi yang baik antara pihak-pihak terkait, seperti Dinas Pendidikan, sekolah, dan orang tua, agar implementasinya bisa berjalan dengan baik dan mendukung pembelajaran anak-anak dengan efektif. Hal lain dia sampaikan agar Masyarakat tidak membakar sampah. Dimana pembakaran bisa menambah polusi udara, lantaran menambah material asap dan lain-lain. “Kita harapkan masyarakat untuk tidak membakar sampah. Kalau bisa dikuburkan, sebaiknya sampah dikuburkan terlebih dahulu. Dengan demikian, kita juga ikut menjaga Kesehatan lingkungan,” tandasnya. (nni/iol/lia)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan