UKT Unsri Tak Boleh Naik

*Harus Segera Menjadi PTN BH

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Pada Oktober mendatang, jabatan Rektor Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof Dr Ir H Anis Saggaff MSCE IPU MKU ASEAN Eng APEC Eng akan segera berakhir.

Ia pun menyampaikan unek-uneknya selama memimpin Unsri. Menurutnya menjadi pemimpin publik itu tidak ada yang enak.

"Itu yang saya rasakan, tidak ada yang enak. Jadi siapa yang menjadi pimpinan publik dan menikmati jabatan itu keliru.

Kalau mau hidup enak jadi pebisnis, buka usaha, itu baru enak. Tapi pimpinan publik itu memimpin rakyat, kita ini masih negara berkembang beda dengan negara maju, sehingga kita harus memperhatikan rakyat," ujarnya, kemarin.

Dikatakan, saat memimpin Unsri matanya selalu ke bawah. “Melihat ke bawah, kalau ada yang nangis, tidak bisa bayar UKT itu kita perhatikan, kita urus.

Tapi menipu juga tidak boleh, tidak bagus. Itu dulu baru-baru banyak yang ingin dapat keringanan padahal dia mampu.

Tapi kita berikan persuasif, sekarang sudah bagus jadi UKT itu diisi sendiri. Nanti keluar sendiri, kalau merasa tidak cocok bisa banding itu dibolehkan," tuturnya.

Yang ia rasakan nikmatnya di situ, saat bisa memberikan kesempatan kepada yang tidak mampu. Kedua, sambung Anis, pendidikan itu mengurus orang hidup.

Apalagi dosen di sini ada profesor, doktor jadi pintar-pintar semua. "Kalau mengumpulkan 1.000 dosen, pendapatnya 1001, dan kita harus rangkum dari semuanya agar semuanya merasa terlayani.

Tidak mungkin satu-satu, kita komprehensif, kita ikuti arahan kementerian bagaimana mereka yang ingin buat, kegiatan apa pun menurut saya positif," bebernya.

Kemudian dia meyakini mahasiswa Unsri ini terbentuk watak-watak yang berakhlak. "Mereka dengan dosen itu selalu sujud salaman.

Sujud karena kita tanamkan dosen itu adalah orang tua kedua. Jadi harus dihormati jia mau ilmunya berkah dan ini mereka lakukan.

Yang lain-lain namanya, kalau ada yang tidak cocok ada yang demo biasa tapi selesai semuanya yang penting selesai.

Tidak boleh jadi pimpinan yang menurut kita begini, tapi umatnya tidak mau tidak perlu. Jadi kita buat ide, sampaikan, begitu semua setuju dilaksanakan," ucapnya.

Anis menjelaskan, kondisi kehidupan Unsri sekarang sudah jauh melampaui BLU. Jadi memang sudah harus pindah ke  PTN BH itu agar ada leluasa mencari anggaran lain.

"Kalau sekarang tidak bisa, BLU semua terbatas. Kalau PTN BH bebas mencari uang selain dari UKT.

Saya pesankan kepada Rektor baru kalau cuma ingin mengumpulkan UKT tidak perlu jadi rektor, karena rektor itu harus sanggup mencari yang lain.

Bahkan yang bagus ke depan kalau bisa, UKT itu tidak naik plus anak-anak dapat beasiswa misalnya mendapat bantuan. Itu artinya menghargai prestasi mahasiswa," katanya.

Karenanya selama 2 periode menjadi Rektor, ia sempat menandatangani tidak boleh naik UKT. “Kalau Rektor menaikkan UKT saya yang demo, karena PTN BH itu peluangnya besar sekali.

Jadi untuk Rektor selanjutnya tidak boleh juga naik UKT. Carilah uang dari tempat lain. Karena mendidik anak bangsa itu kewajiban kita, itu amanah UU.

Kita saja yang tidak serius, karena pemerintah kita terbatas anggaran," tuturnya. Diketahui UKT Unsri sendiri saat ini ditetapkan mulai Rp500 ribu-Rp20 juta per semester.

Sementara, dalam rangka memperingati HUT RI ke-78, Unsri gelar berbagai kegiatan mulai dari perlombaan hingga peresmian fasilitas baru di Unsri.

Yakni Pendopo Seni Budaya Unsri Palembang dan Revitalisasi Lapangan Sepak Bola sekaligus Restrukturisasi Tribun Unsri Palembang dari bangunan lama 1 Maret 1975.

“Pendopo ini bisa untuk kegiatan mahasiswa, misalnya seminar atau seni dan budaya karena selama ini kita belum punya. Jadi nanti tidak lagi untuk sewa hotel," terangnya. (nni/fad/)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan