Momen Introspeksi, Harapan, dan Doa

*Imlek, Lestarikan Tradisi Kumpul Keluarga 

PALEMBANG –Tahun Baru Imlek menjadi momen yang ditunggu-tunggu warga keturunan Tionghoa di mana pun berada. Untuk memeriahkannya, mereka menjalankan berbagai tradisi yang diwariskan turun temurun.

Di Indonesia, tradisi Imlek yang hingga kini masih terus dilakukan seperti kumpul keluarga, berbagi angpao serta pertunjukan barongsai. Pada malam pergantian tahun, keluarga besar akan makan bersama di rumah atau restoran.

Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sumsel, Kurmin Halim SH mengungkapkan, Imlek bukan perayaan keagamaan. Namun lebih ke tradisi bisa dilakukan oleh semua orang keturunan Tionghoa. "Saya dan keluarga biasanya gelar cia tok. Kita ngobrol terkait aktivitas keseharian. Intinya ini tradisi baik yang dirayakan setiap tahun," tandasnya.

Pengusaha properti yang juga Ketua DPD REI Sumsel, Zewwy Salim mengatakan, hal utama di balik perayaan Imlek adalah mengucap syukur kepada Sang Pencipta. “Ada tradisi turun temurun yang dijalankan. Biasanya, dua hari atau sehari sebelum hari H, bersama keluarga akan melakukan sembahyang kepada leluhur. Bisa di rumah atau tempat ibadah,” ujarnya, kemarin (20/1). Baca juga : Arsitektur Kelenteng Konsisten Pertahankan Unsur Tionghoa

Dalam ibadah itu, biasanya disertai doa agar di tahun baru diberikan kemudahan, kelancaran dan rezeki berlimpah. Juga keselamatan dan kesehatan. “Biasanya sebelum Imlek, kita kumpul keluarga dan makan bersama,” kata Zewwwy.

Tradisi dalam jamuan makan malam keluarga, ada menu ikan. Biasanya juga mengenakan busana merah. Menandakan semua anggota keluarga menyongsong hari gembira. “Makan sambil bersenda gurau, ceria,” bebernya. Harus ada ikan karena itu simbol makanan bergizi. Khusus ikan bandeng, lambang harapan dan keberuntungan. Selain itu, ada juga daging.

“Jika belum vegetarian, banyak sekali makanan yang akan disajikan. Termasuk ayam,” tutur Zewwy. Selain makanan bersama, ada juga tradisi beri angpau dari yang tua kepada yang muda.   “Angpau diberikan orang tua kepada anak-anak yang belum dan sudah menikah. Untuk nilai tidak dilihat, yang dilihat adalah warna merahnya,” kata dia. Baca juga : Festival Perayaan Penting Tradisi Tionghoa Imlek 2574

Bagi Tjik Harun dan keluarga, Imlek menjadi momen untuk introspeksi diri setelah menjalankan kehidupan satu tahun terakhir. “Mana yang bagus, harus ditingkatkan. Yang jelek, harus diperbaiki,” imbuhnya.

Kenapa begitu? Menurutnya umur terus bertambah setiap tahunnya. "Pastinya pola pikir harus berkembang dan makin bijak," kata Ko Harun, sapaan akrab Ketua Wali Umat Buddha Indonesia (Walubi) Sumsel itu.

Terlebih bagi yang sudah punya anak dewasa maupun yang telah miliki cucu. Pastinya harus menjadi panutan bagi keluarga. "Introspeksi diri inilah yang menjadi makna dan konsep baku saya dalam merayakan Imlek setiap tahun," ungkap dia. Baca juga : Sulit Bangkit karena Duit

Menurutnya, tiap daerah memiliki tradisi Imlek yang berbeda-beda. Namun tujuannya tidak lain untuk mendekatkan semua keluarga satu dengan yang lain. “Salah satu yang pasti dilakukan yakni gelar makan bersama atau cia tok. Bagi yang memiliki uang lebih, mereka akan makan bersama di restoran. Kalau tidak, dirumah. Dihadiri seluruh keluarga, diutamakan di tempat keluarga yang paling tua," ungkap dia.

Karena itu, jelang Imlek, seluruh keluarga yang merantau akan pulang kampong (mudik, red).  Lalu sungkem dan meminta maaf. "Keluarga yang ada masalah, bisa saling memaafkan," jelasnya.

Kalau tidak ada lagi orang tua, biasa berkumpul di rumah keluarga yang dituakan. Makanan yang disajikan pada Imlek biasanya ikan bandeng yang memiliki makna terus berkembang dan sukses. Lalu mi yang disajikan tanpa putus, miliki makna panjang umur.

Tidak lengkap perayaan Imlek bila tidak ada kue keranjang atau Nian Gao atau Ti Kwe. Selain dihidangkan saat perayaan tahun baru, Kue Keranjang juga kerap digunakan sebagai sesaji saat sembahyang ke leluhur pada H-7 ataupun pada H-1 Imlek.

" Karena dibuat menggunakan dan juga berbentuk keranjang, maka kue yang selalu ada saat Imlek ini dinamakan kue keranjang," tambah Harun.  Kemudian kue apem dan telur, yang miliki makna murah rezeki dan sukses. " Kita juga pasti menyediakan angpau setiap Imlek," ucapnya. Angpau hanya diberikan kepada keluarga yang belum menikah. Yang miliki makna transfer rezeki. Baca juga : 2023, Rawan Bencana Air dan Api

Imlek tahun ini masuk Tahun Kelinci  dengan elemen air. Kelinci melambangkan kedamaian dan kemakmuran. Sedangkan elemen air akan membawa beberapa perubahan tak terduga bagi manusia.

Pakar Fengsui Sumsel, Ko Alam mengatakan kelinci air juga dapat memberikan dampak negatif, salah satunya bencana alam. Dari awal Desember sampai Januari 2023, unsur air sangat tinggi di Indonesia. Yang menyebabkan musibah bencana alam, gempa, tsunami, longsor dan bencana alam lainnya.

Makanya Ko Alam meminta supaya masyarakat, khususnya yang berada di pesisir pantai agar berhati-hati dan waspada. Seperti pesisir Jawa, Sulawesi, sedangkan Sumsel, Bengkulu dan Lampung daerah ini ada pertemuan lempeng bawah laut yang punya arah sama, sehingga juga punya potensi terjadi bencana.

“Tapi semoga Tahun Kelinci Air ini tidak ada musibah. Kita berharap banyak hal positif sehingga tahun depan dapat dilewati," tuturnya. Ko Alam berharap tahun ini bisa dilalui dengan baik dan tahun depan juga demikian. Namun apa pun itu, shio hanya sebuah simbol. Dalam hidup tetap harus punya patokan. Dimana sebagai manusia, ada tiga  hal yang harus dipegang agar selamat dan sukses yakni rajin beribadah, bekerja keras, punya semangat tinggi. Baca juga : Lima Festival Besar Budaya Tionghoa, Wihara Dharmakirti Ikut Gelar Festival Dongzhi

"Ketiga ini harus dipegang teguh supaya berhasil dan sukses," imbuhnya.  Ada beberapa shio yang pertentangan atau kurang baik, yakni kelinci, ular, kambing, ayam, babi dan kerbau. Untuk shio ini lebih  hati-hati, jangan bepergian dulu. Sebaliknya, tahun ini bawa keberuntungan bagi orang bershio macan, tikus, monyet  dan anjing.

Sektor usaha yang bagus untuk mereka yakni perkebunan pertambangan, minyak, termasuk bidang jasa. Secara umum, ekonomi tahun ini bagus  karena Shio Kelinci melambang simbol umur panjang, kedamaian, dan kemakmuran. Jadi tahun penuh harapan meski dibayang-bayang resesi. "Indonesia, khususnya Sumsel bisa melewati resesi karena kaya akan sumber daya alam tetapi tetap harus waspada,” pungkasnya. (afi/iol/yud/tin/)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan