Belajar Otodidak, 1 Keris Butuh 2 Minggu

*Mengenal Lebih Dekat Heri Sutanto, Perajin Keris di Palembang

SUMATERAEKSPRES.ID - Perajin keris khas Palembang hanya tersisa tiga orang. Salah satunya yang masih bertahan itu, Heri Sutanto alias Cek Eri Tanjak.

Membuat keris menjadi pekerjaannya sehari-sehari. Ia juga membuka pelatihan dan jasa perbaikan keris yang rusak.

Ardila Wahyuni - PALEMBANG

SUASANA Pameran Senjata Tradisional di Museum Negeri Sumsel terlihat lebih ramai, kemarin (27/7).

Banyak anak sekolah yang antusias menyaksikan senjata tradisional dari berbagai daerah di Indonesia.

 Ketika masuk, pengunjung museum bisa langsung bertemu dengan Cek Eri di pojok kanan.

Saat Sumatera Ekspres berkunjung ke museum ini, ia sedang fokus mengunakan alat bor dan mengukir sebuah kayu. Di depannya terdapat contoh ukiran dan alat ukir.

Keris Palembang merupakan senjata tradisional tempo dulu. Tak banyak lagi perajin keris di kota ini, namun, Cek Eri masih setia melakoni pekerjaannya.

"Saya berusaha mempertahankan ciri khas masyarakat Palembang dan melestarikannya agar tidak punah. Kalau bukan kita siapa lagi," jelasnya.

Dikatakan, keris Palembang terdiri dari bilah pisau, sarung, dan pegangan. Untuk pegangan keris terbuat dari ukiran dan punya makna tersendiri.

"Ukiran khas Palembang ini unik, berbeda punya arti," ucap dia.

Kata Cek Eri, ukiran Palembang berbentuk orang tahiyat di antara dua sujud atau seperti orang shalat.

Untuk membuat ukiran ini butuh waktu 2 hari, mulai dari dipoles, dibor, hingga membentuk ukiran sampai halus menggunakan bor.

"Sama seperti tongkat  yang dipegang pejabat pun memiliki arti, begitupun juga dengan keris," kata dia.

Ia menjelaskan pada masa dulu hingga sekarang, pegangan tongkat dari Gading melambangkan pejabat tinggi begitu pun keris.

Lalu ukiran keris dari kayu unglen kuning pengusaha atau pun birokrat. Dari keris bisa tahu jabatan atau status sosial pemegangnya.

"Tapi sekarang penggunaan gagang keris lebih ke kayu karena gading gajah dilarang," ucapnya.

Ia mengungkapkan hingga kini belum ada yang mampu mengukir gagang keris.   "Saya sendiri yang mengukir keris. Makanya kalau mau belajar saya terbuka," ulas dia.

Untuk bilah (pisau) keris didatangkan bahan mentah atau jadi dari Pulau Jawa dan Madura. "Satu bila keris butuh 800-2000 kali tempah api," ucap dia.

Ia sendiri belajar mengukir keris sejak 2018 secara otodidak. Proses pembuatan satu keris butuh 1-2 minggu, mulai dari ampas besar hingga licin seperti proses ukiran batu cicin.

"Bikinnya bukan dipernis agar mulus, tetapi digosok dan dipoles sampai halus," lanjutnya.

Ia menambahkan dirinya pun menerima perbaikan keris. Jadi misalnya ada ukiran keris yang patah bisa ditambah daging baru, tapi tetap mempertahankan keaslian.

  "Sejauh ini pembeli keris Palembang kebanyakan kolektor. Mereka berada di Palembang dan daerah lain di Indonesia," pungkas dia. (yun/fad)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan