Berawal dari Pemandu Lepas, Belajar Bahasa Inggris dari Turis
Kisah Abie Sofyan, Tour Guide Museum SMB II
Namanya Abie Sofyan. Usianya sudah cukup sepuh, tapi kini dia masih menjadi pemandu wisata (guide) di Museum SMB II Palembang, sejak tahun 1995. Soal pengetahuan koleksi museum dan pengalaman, jangan ditanya. Dia mengetahui seluk beluknya.
DENGAN kecakapannya, Abie Sofyan menjelaskan berbagai koleksi Museum SMB II kepada setiap pengunjung yang datang. Demikian pula Sumatera Ekspres mendapatkan pengetahuan darinya, mengenai sejarah masa kerajaan Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang. Saat menceritakan semuanya, dia fasih berbahasa Indonesia, Palembang, juga Bahasa Inggris. Saat berkunjung Jumat (5/5), Abie Sofyan pula mengajak koran ini melihat beberapa koleksi museum. Dirinya tetap semangat dan telaten menjalani pekerjaannya walau usia sudah senja.
Kini museum terlihat modern dengan renovasi tata pamer serta scan barcode memudahkan pengunjung yang ingin mendengar penjelasan beragam koleksi.
“Kalau peninggalan Kerajaan Sriwijaya, ada prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, dan lain-lain yang berisikan tentang sejarah Kerajaan Sriwijaya kala itu,” jelasnya. Talang Tuo berarti talang berupa perkebunan atau pertanian, dan tuo bermakna lahan tersebut sudah berisikan tanaman.
Dahulu, sebelum ada hotel atau mess, jika dari Lampung mau ke Jambi maka masuk kawasan Talang Tuo tadi. Tapi di zaman itu, walaupun lokasi itu jadi tempat persinggahan tetapi tidak ada pelayanan (berdikari). Kalau mau makan masak sendiri, begitupun minum dan kebutuhan lainya. Koleksi lainnya dari Kerajaan Sriwijaya, Telago Batu. Ini berupa batu dengan hiasan kepala ular kobra yang mengalirkan air. Zaman Sriwijaya ketika raja mengangkat seorang panglima (pejabat), nanti pejabat itu akan meminum air dari tadahan Telago Batu ini. Setelah itu dia akan bekerja dengan baik dan tidak menyalahgunakan kekuasaannya.
Dirinya juga menceritakan berbagai koleksi, seperti silsilah Kesultanan Palembang Darussalam hingga bangunan Museum SMB II sendiri, seperti ada yang berbentuk tangga berundak khas dan melingkar di sisi kiri dan kanan. Ketika menaiki lantai 2 museum yang menjadi ciri khas bangunan Belanda dan satu tanda pemilik bangunan merupakan orang yang dekat dengan kolonial dulunya. Abie Sofyan juga bercerita mengenai kisahnya bisa menjadi tour guide museum. Dia mengaku sudah sejak tahun 1995 bekerja di sana. Awalnya pada waktu itu zaman Alex Noerdin masih menjabat Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang.
“Awalnya saya dulu pemandu wisata tapi freelance (lepas). Suatu hari ada rombongan turis mau ke Jambi, mau lewat jalur laut (sungai), mau lihat monyet, dan lainnya. Singkat cerita saya menganjurkan ke orang asing tersebut mencari tahu ke Kepala Dinas Pariwisata,” tuturnya.
Dari sana dia kemudian dipercaya menunggu bagian informasi Museum SMB II dan kini menjadi tour guide. Abie sendiri bisa fasih berbicara bahasa Inggris karena belajar dari turis-turis yang datang. “Biar makin lancar, setiap turis yang datang saya jadikan guru melatih kefasihan berbahasa asing. Kemudian belajar juga secara otodidak di buku, tapi penting dalam bahasa praktik langsung,” tuturnya. Selain pandai berbahasa asing, dirinya juga memahami kultur orang asing. “Khususnya warga negara Eropa atau Barat yang tidak suka jika kita terlalu ingin atau banyak tanya persoalan pribadi,” pungkasnya. (tin/fad)