Terjebak 9 Hari, Kesulitan Logistik

Cerita Para Mahasiswa Sumsel yang Dievakuasi dari Sudan

Proses pemulangan warga Sumsel dari Sudan yang tengah alami konflik bersenjata berjalan lancar. Enam diantaranya asal Kota Pagaralam. Mereka, Muhammad Zulhadi Amiruzzaman, Muhammad Umar Zaky, Ade Apriansyah, Nadiyah Ramadhani, Nila Angelina dan Ade Hanifah.

-----------------

Mereka tercatat sebagai mahasiswa Internasional University of Africa (IUA), Sudan, angkatan 2021. Bersyukur bisa selamat dan pulang ke Sumsel. Sebelumnya, keenamnya sempat terjebak dalam perang dalam negeri Sudan yang meletus sejak 15 April 2023 lalu.

Khartoum sebagai ibu kota Sudan tempat bagi sebagian WNI yang tadinya aman, mendadak tegang. Penuh dengan ketakutan, mengingat setiap hari hujan mortir serta tembakan terjadi terus menerus.

Banyak WNI terjebak.Di antaranya enam mahasiswa asal Pagaralam. “Lima alumni Pondok Pesantren (Ponpes) Alam Tahfidz Al-Qur'an Lan Tabur,” kata ustadz Dedianto, dari ponpes tersebut.

"Alhamdulillah, seluruh alumni  yang kuliah di Sudan kembali ke Jakarta, untuk kemudian pulang ke Pagaralam," paparnya. Sebenarnya ada 7 orang. tapi baru 6 mahasiswa yang sudah tiba di Tanah Air. Satu masih menunggu pemulangan dari Jeddah ke Indonesia.

Ade Apriansyah, salah seorang mahasiswa asal Pagaralam mengatakan, dia memang terjebak di medan perang Sudan selama 8 – 9 hari. “Setiap hari 'hujan' mortir ke udara dan tembakan terjadi terus menerus,” kata mahasiswa semester V di IUA ini BACA JUGA : Empat Warga Lahat yang Terjebak Konflik Sudan, Tiga di Jakarta, Satu Lagi Berangkat Besok

Cerita lain disampaikan Zulhadi, penanggungjawab mahasiswa asal Pagaralam di Sudan. Selama 8 – 9 hari di Sudan, dia dan para mahasiswa lain berusaha bertahan sekuat tenaga agar bisa keluar dari zona konflik bersenjata itu.

"Kondisi kami ketika konflik terjadi sulit logistik,” ujarnya. Bahkan, empat hari berturut-turut tidak mendapatkan pasokan aliran listrik karena rusaknya fasilitas tenaga listrik akibat perang.

Kesulitan Air

“Juga kesulitan air karena bergantung dengan mesin pompa yang memerlukan listrik," imbuhnya. Pada  hari evakuasi, sebagian provider internet sempat dimatikan sehingga mereka kesulitan berkoordinasi antar sesama WNI.

"Alhamdulillah, berkat bantuan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Khartoum, serta para relawan, kami tidak kekurangan logistik dan  air, sampai kemudian dievakuasi dengan selamat," tutupnya.

Selain tujuh mahasiswa Pagaralam, ada empat warga Lahat yang sempat terjebak dalam konflik Sudan. Mereka ternyata pendidik Ponpes Darusalam Lahat. Melanjutkan kuliah di UIA. Dua yang sudah kuliah yakni Ustadz Dekey dan Ustadz Risal.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan