Program SENYUM Kilang Pertamina Plaju: Sentuhan Kemanusiaan untuk Warga yang Membutuhkan
PROGRAM SENYUM: Kilang Pertamina Plaju, melalui program SENYUM salurkan bantuan berupa kursi roda, tongkat bantu jalan, dan paket sembako disalurkan untuk mereka yang paling membutuhkan.-FOTO PERTAMINA FOR SUMEKS-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Ada banyak cara menyentuh hati manusia. Lewat senyum yang tulus, lewat tatapan mata yang penuh binary atau lewat uluran tangan yang membawa harapan.
Di sanalah makna kemanusiaan bersemi, menjembatani kesenjangan antara mereka yang berkemampuan dan mereka yang sedang berjuang.
BACA JUGA:Pertamina Minta Maaf Antrian SPBU Bikin Macet Parah Warga Mengeluh Jalan Tak Bergerak
BACA JUGA:Kilang Pertamina Plaju Sumbang Kontribusi Devisa US$452 Juta
Begitulah yang diyakini para pekerja Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU III Plaju. Di tengah kesibukan menjaga nyala energi bangsa, mereka tak lupa menyalakan lentera kebaikan bagi masyarakat sekitar.
Lewat program Sedekahnya Untuk Masyarakat (SENYUM), mereka kembali berderma. Mengulurkan tangan untuk masyarakat sekitar yang tengah bergulat dengan sakit, keterbatasan, ataupun himpitan ekonomi.
Derai air mata membasahi pipi Isyah (80), seroang nenek yang bertempat tinggal di Lr Pertemuan, Kelurahan Bagus Kuning, Kecamatan Plaju.
Sudah puluhan tahun ia hanya bisa mendekam di kamarnya, tanpa melihat dunia luar.
Ia menangis tersedu-sedu saat kursi roda membawanya menuju bantaran sungai musi yang hanya beberapa meter dari rumahnya, Jumat (4/7) pagi.
Sambil mengenang masa kecilnya yang dulu sering berenang dan bermain di sungai, ia tak dapat menjelaskan betapa harunya dapat kembali melihat sungai itu dengan mata kepala sendiri.
Ada juga Nurul Komar, yang sudah bertahun-tahun hanya terkurung di kamarnya. Usianya 75 tahun, tubuhnya tak lagi mampu berdiri karena syaraf kejepit yang menahannya di atas tikar tipis, tanpa ranjang, tanpa kursi roda. Dunianya begitu sempit, sebatas dinding-dinding kamarnya yang sunyi.
Di sudut lain wilayah Plaju, sepasang lansia, Sutinah dan Dastin, juga terpenjara dalam sepi. Sang suami, Dastin, tak bisa berjalan setelah kecelakaan kerja.
Sedangkan istrinya, Sutinah, lumpuh karena tulang kropos. Kini keduanya hanya bisa saling menjaga, meski diri sendiri pun rapuh.
Lalu ada Melinda (15), yang kehilangan masa mudanya akibat kecelakaan motor. Kini tubuhnya lumpuh, dan hidupnya bertambah berat karena harus menjalani cuci darah rutin akibat gagal ginjal. Namun ia tetap menyimpan secercah harapan di matanya.
