Gelar 3 Pelatihan untuk 156 Pekebun Sawit di Sumsel, BPDP Bekerja Sama dengan BBPMKP
Pelatihan penguatan kelembagaan dan kepemimpinan pekebun sawit di Sumsel-foto: evan/sumeks-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) bekerja sama dengan Balai Besar Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (BBPMKP) gelar pelatihan untuk 156 pekebun sawit di wilayah Sumsel.
Ada 3 pelatihan yang diberikan di Hotel The ALTS Palembang, Selasa (17/6) lalu. Yakni penguatan kelembagaan, pelatihan pengembangan kelembagaan dan usaha, serta pelatihan kepemimpinan dan komunikasi kepada pelaku atau pekebun kelapa sawit.
"Ini merupakan pelatihan tingkat lanjut yang tentunya sangat penting bagi para petani/pekebun dalam menghadapi era globalisasi dan digitalisasi dimana kita tidak hanya bisa survive hanya dengan kegiatan on farm saja," kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan RI, Dr Idha Widi Arsanti SP MP didampingi Kepala Balai Besar Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (BBPMKP), Sukim Supandi SSos MM.
Ditekankannya, pelatihan seperti ini penting untuk penguatan manajamen kelembagaan, kewirausahaan, komunikasi, hingga teamwork di era globalisasi dan digitalisasi dalam menghadapi kondisi pasar bebas. "Produk-produk yang dihasilkan para pekebun harus memiliki nilai tambah dan berdaya saing. Ini salah salah satu yang diajarkan dalam pelatihan kali ini, dengan harapan mereka bisa survive dan kegiatan usahanya dapat berkelanjutan," ujarnya.
BACA JUGA:156 Pekebun Sawit Sumsel Dapatkan Tiga Materi Strategis dari BPDP dan BBPMKP
Dalam pelatihan ini juga ditekankan soal hilirisasi di sektor perkebunan sawit. Hal ini menurutnya memang sejalan dengan program utama Presiden Prabowo Subianto. Ada 4 program utama dari Presiden, yaitu ketahanan pangan, ketahanan energi, hilirisasi dan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Kita punya potensi kebun kelapa sawit yang sangat luar biasa sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk produksinya tidak hanya CPO saja, tapi bisa juga produk-produk tambahan seperti biodiesel," jelasnya. Dengan pekebun mampu melakukan hilirisasi seperti menghasilkan produk tambahan seperti biodiesel, maka akan mengurangi ekspor CPO. Dengan demikian, harga CPO dunia naik.
Ketika ketersediaan CPO turun, biasanya harga naik, Ini tidak akan mengurangi devisa dari ekspor CPO. “Sebab, walaupun produknya kita kurangi, tetapi harga tetap naik. Jadi pendapatan bisa lebih tinggi," beber Dr Idha. Dengan CPO dikurangi ekspornya untuk diolah menjadi biodiesel, maka Indonesia bisa mengurangi impor biodiesel dan ini menghemat devisa negara.
"Memproduksi Biodiesel itu juga bisa menumbuhkan industri baru sehingga menciptakan peluang dan menambah serapan tenaga kerja. Multiplier effect-nya untuk kemudian meningkatkan perekonomian cukup bagus," paparnya.
BACA JUGA:Pelatihan Soft Skill Perkuat Kapasitas Pekebun Sawit Rakyat Sumsel
Menurutnya, untuk mengubah mindset dari pekebun di Indonesia yang masih berbasis on farm butuh kerja keras. "Kita masih harus bekerja keras untuk mengubah mindset. Bahwa ada pangsa pasar tertentu, ada segmentasi pasar tertentu yang bisa kita isi untuk dapatkan kemanfaatan, keuntungan penghasilan dengan bisa memproduksi suatu produk olahan ini," bebernya.
Dr Idha menambahkan, dipilihnya Palembang atau Sumatera Selatan sebagai lokasi pelatihan pertama karena memang potensi kebun kelapa sawit yang luar biasa. "Harapannya dengan pelatihan ini, para pelaku usaha atau pekebun kelapa sawit bisa ditingkatkan kapasitasnya. Sehingga, ketika ada kondisi-kondisi tertentu, mereka bisa segera melakukan antispasi dan menstabilkan kondisi yang tidak diharapkan. Misalnya harga minyak goreng mahal, sementara kita ekspor CPO-nya juga cukup tinggi, maka ini nanti dapat diantisipasi," tukasnya.
